Jumat, 21 Februari 2014

Mengapa Perlu Ada Nabi? (1)



Oleh: Nuim Hidayat

Kaum Liberal ekstrim menafikan keberadaan Nabi. Bahkan pada sebuah perkuliahan di Universitas Indonesia tahun 2002, seorang lulusan IAIN Ciputat menyatakan:”Muhammad itu kan mengaku-aku aja sebagai Nabi.” Pernyataan ini seperti pernyataan orientalis yang tidak mengakui Nabi Muhammad saw sebagai nabi terakhir. Bagaimana memahami keimanan Nabi Muhammad ini?

Seorang tokoh Islam besar dari Pakistan menjawabnya. Abul A’la Maududi dalam bukunya ‘Mabaadiul Islam” (Prinsip-Prinsip Islam) mengulas secara logis masalah keimanan kepada Nabi yang mendasar ini. Begitu pentingnya buku ini sehingga International Islamic Federation of Student Organization menerjemahkan dalam bahasa Indonesia dan menyebarkannya secara luas di Asia Tenggara.

Selasa, 18 Februari 2014

Judul Buku, Ulama, dan Orientalis



Oleh, Nuim Hidayat

Cara yang terbaik mengetahui tujuan penulis adalah melihat judul bukunya. Orientalis Bernard Lewis menulis The Roots of Muslim Rage dan The Crisis of Islam. Leonard Binder menulis Islamic Liberalism. Lewis ingin menyatakan Muslim itu penuh kekerasan dan Islam itu penuh masalah alias krisis. Binder ingin menyatakan bahwa Islam itu harus liberal dan lain-lain.
 
Para ulama juga menulis judul sangat menarik. Lihatlah Imam al Ghazali menulis judul Ihya' Uluumud Diin, Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama. Ibnu Rusyd menulis Bidaayatul Mujtahid wa Nihaayatul Muqtashid, Permulaan Mujtahid dan Tujuan Akhir. Sayid Qutb, ulama yang sangat dibenci Lewis, Binder dan para orientalis menulis Fi Zhilaalil Qur'aan dan Tashwiirul Fan fil Qur'aanil Kariim. Di bawah Bayang-Bayang Al Qur'an dan Keindahan Seni dalam Al Qur'an yang Mulia.

Senin, 17 Februari 2014

Ulama dan Kekuasaan: Sejarah Melayu



Oleh: Nuim Hidayat (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Kota Depok)

Kerajaan Islam Aceh sejak awal punya hubungan erat dengan Timur Tengah. Hubungan dengan Timur menjadi lebih kuat di Kerajaan Aceh pada abad ke 17. Hubungan ini dibuktikan dengan jaringan ulama Makkah-Aceh. Ulama-ulama terkenal pada periode tersebut, Nurudin ar Raniri (wafat 1608), Abdurrauf as Sinkili (1615-1693) dan Yusuf al Maqassari (1627-1699) belajar di Makkah. Mereka membentuk ‘lingkaran komunitas Jawi’ (ashab al jawiyin) dengan ulama Makkah yang mengajar mereka. Mereka juga menjadikan kerajaan sebagai tempat untuk menyebarkan Islam di masyarakat. Ar Raniri dan as Sinkilin  berkarir di Kerajaan Aceh, sementara al Maqassari yang lahir di Sulawesi, membangun karirnya di kerajaan Banten, Jawa Barat.

Senin, 10 Februari 2014

Perintis Orientalis : Walid bin Mughirah



“Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang-orang yang Aku sendiri telah menciptakannya. Dan Aku berikan baginya kekayaan yang melimpah. Dan anak-anak yang selalu bersamanya. Dan Aku berikan kepadanya kelapangan (hidup) yang seluas-luasnya. Kemudian dia ingin sekali agar Aku menambahnya. Tidak bisa. Sesungguhnya dia telah menentang ayat-ayat Kami (Al Quran). Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan. Maka celakalah dia bagaimana dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan. Lalu berwajah masam dan cemberut. Kemudian berpaling dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata: “(Al Quran) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Inilah hanyalah perkataan manusia.” Kelak Aku akan memasukkanya ke dalam (neraka) Saqar.” (QS al Mudatsir 11-26). 

Minggu, 09 Februari 2014

Ikatlah Ilmu Dengan Menuliskannya



“Biasakan banyak baca, banyak berdiskusi, banyak bersilaturahmi dan banyak berjalan-jalan,”kata Nuim Hidayat dalam training jurnalistik di Depok, Sabtu kemarin (8/2). Dalam pelatihan sehari itu, Direktur Instititut Jurnalistik At Taqwa itu memberikan motivasi dan tips-tips menulis.
 
Untuk membaca, mesti ada manfaat yang kita ambil. “Kotak manfaat itu yang menentukan apakah kita cepat bosan atau nggak dalam membaca,”terangnya. Karena itu banyaklah membaca yang bermanfaat bagi kita. Dengan membaca seseorang mendapatkan secara tidak sengaja perbendaharaan kosa kata, gaya kalimat dan gaya penulisan. “Riset peneliti Dr Stephen membuktikan bahwa seseorang menjadi penulis karena banyak membaca.”

Sabtu, 08 Februari 2014

Lokalisasi Pelacuran : PBNU Mau Kemana?



Pernyataan PBNU bahwa lokalisasi pelacuran ada dasarnya dalam Islam berbahaya. Baru kali ini organisasi Islam secara resmi membolehkan pelacuran (lokalisasi). Bila pernyataan itu tidak ditarik, maka bisa dikatakan bahwa PBNU dibawah Aqil Siradj ini telah melakukan ‘sunnah sayyiah’ yang dosanya bisa terus menerus, selama lokalisasipelacuran  masih ada di Indonesia.

Pernyataan PBNU ini juga menjadi landasan bagi para pelacur untuk tidak bertobat. Karena mereka telah disahkan oleh sebuah ormas Islam besar. Dan ini bisa digunakan oleh para mucikari untuk makin memperbanyak lokalisasi dengan alasan agar pelacuran semakin teroganisir, tidak melebar kemana-mana (sebagai dalil yang diungkap http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,11-id,49730-lang,id-c,syariah-t,Dasar+Hukum+yang+Membolehkan+Lokalisasi-.phpx)

Senin, 03 Februari 2014

Amien Rais dan Indonesia (4)



“Mereka (kaum imperialis) dulu menggunakan peluru dan tali… sekarang mereka menggunakan Bank Dunia dan IMF (They used to use the bullet or the rope…now they use World Bank and the International Monetery Fund).” (Jesse Jackson)
“IMF bertindak bagaikan anjing pengintil Departemen Keuangan Amerika (IMF acts as a lap dog of the Use Treasury).” (The New York Times).

Amien Rais mengritik keras Bank Dunia dan IMF dalam bukunya “Selamatkan Indonesia”. Menurut Amien, peran IMF sangat negative dalam keruntuhan ekonomi Afghanistan 2001. Rusia ekonominya makin parah karena resep IMF dan kini setelah semua hutangnya dilunasi ke IMF, ekonominya makin maju.
“Di negara-negara Afrika peran IMF dan WB juga dinilai destruktif. Sangat terasa proses pemelaratan negara-negara Afrika gara-gara percaya dengan hutang yang diberikan oleh kedua alat imperialism ekonomi Barat itu. Kesehatan rata-rata penduduk Afrika makin buruk, pendidikan makin amburadul dan standar kehidupan umumnya makin melorot, karena hal-hal ini tidak diunggulkan dalam SAP ala IMF dan WB,”tulis Amien. Hugo Chavez, presiden Venezuela bahkan dengan tegas menyatakan bahwa Bank Dunia dan IMF adalah alat imperialism Amerika (tools of US Imperialism).

Amien Rais dan Indonesia (3)



 “Mereka yang gagal mengambil pelajaran dari sejarah dipastikan akan mengulangi sejarah itu” (George Santayana)
“(Sejarah) ini sebagai penjelas, petunjuk dan pelajaran bagi orang yang bertakwa” (Ali Imran 138)

Menurut Amien Rais, kondisi Indonesia saat ini seperti ‘kondisi pada zaman Belanda’ terutama dalam masalah kemandirian bangsa.  Kata Amien dalam bukunya ‘Selamatkan Indonesia’ : “Apa yang kita alami dan saksikan dalam beberapa dasawarsa  terakhir abad 20 dan dasawarsa pertama pada abad 21 sesungguhnya, dalam banyak hal, merupakan pengulangan belaka dari apa yang kita alami pada zaman penjajahan kompeni dan pemerintahan Belanda di masa lalu. Perbedaan antara tempo doeloe dengan masa sekarang hanyalah dalam bentuk atau format belaka. Dahulu pendudukan fisik dan militer Belanda menyebabka Indonesia kehilangan kemerdekaan, kemandirian dan kedaulatan politik, ekonomi, social, hukum dan pertahanan. Sedangkan sekarang ini pendudukan fisik dan militer asing itu secara resmi sudah tidak ada dan tidak kelihatan. Tetapi sebagai bangsa kita telah kehilangan kemandirian, dan sampai batas yang cukup jauh, kita juga sudah kehilangan kedaulatan ekonomi. Dalam banyak hal, bangsa Indonesia tetap tergantung dan meggantungkan diri pada kekuatan asing.”

Amien Rais dan Indonesia (2)



Ketika masa reformasi memang Amien Rais dielu-elukan. Amien yang fasih dalam bicara social dan politik, menjadi magnet bagi mahasiswa dan masyarakat untuk mengakhiri pemerintahan Soeharto.

Bagaimana pandangan tokoh-tokoh Islam, terutama Masyumi dalam hal ini? Kebetulan penulis saat itu menjadi wartawan Media Dakwah, sedikit banyak memahami pandangan tokoh-tokoh itu tentang reformasi.
Setelah reformasi bergulir, Mansur Suryanegara pernah berceramah di ruang bawah masjid Istiqlal. Ia dengan tegas menyatakan bahwa reformasi ini adalah istilah Katolik. Tidak ada dalam Islam. Penulis sendiri yang sempat mengamati gerakan awal reformasi ini bergulir, khususnya di UI, memang yang terlibat dalam demo-demo menyerukan reformasi bukanlah mahasiswa aktivis Lembaga Dakwah Kampus. Di UI Salemba, saat itu terlihat mahasiswa-mahasiswa tidak berjilbab dan ‘mahasiswa non Islam’ yang meneriakkan ‘reformasi-reformasi’.

Amien Rais dan Indonesia (1)



“Bila sejarah Indonesia bisa diulang, Amien lah yang tepat memimpin bangsa ini” (anonim)

Buku Amien Rais ‘Selamatkan Indonesia’ perlu dibaca para generasi muda. Terutama mereka yang konsen terhadap masalah bangsa dan kemana bangsa ini dibawa. Di buku itu Amien menyajikan fakta, data dan analisa-analisa ilmiah menyangkut berbagai masalah bangsa, mulai dari masalah sejarah, ekonomi, politik Indonesia,sikap intelektual dan politik Amerika.

Sebelum membahas bukunya, kita bahas tentang Amien Rais. Siapa Amien? Zaim Uchrowi mantan pemimpin redaksi Republika dalam buku biografi Mohammad Amien Rais, Memimpin dengan Nurani, menceritakannya dengan bagus. “Bukan hanya sisi intelektual dan politiknya yang selama ini dianggap menonjol. Juga sisi relijiusitas, kultural, hingga karakter pribadinya sehari-hari. Warna relijiulitasnya terlihat jelas pada rutinitasnya untuk selalu bangun dinihari, bersembahyang tahajud serta berpuasa Daud (sehari puasa, sehari tidak) sepanjang tahun. Sesibuk apapun ia. Baginya agama merupakan perintah pengendali diri, dan bukan label formalitas “saya benar kamu salah.”