Saya tulis surat ini karena saya mengenal Anda, Bill Liddle
lewat buku-buku. Terutama buku yang ditulis mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang
menulis buku ‘70 Tahun Bill Liddle’. Di situ para mahasiswa kesayangan Anda
menulis dengan bagus tentang cara bagaimana Anda mengajar, siapa Anda dan
bagaimana hubungan kedekatan Anda dengan mereka.
Saya terus terang terkesan dengan cara bagaimana Anda
menjalin hubungan dekat dengan mereka. Sehingga para mahasiswa itu kadang
datang ke rumah Anda makan-makan bersama.
Tapi ada satu pengalaman yang tidak saya lupakan, ketika
saya membaca Media Dakwah yang bercerita tentang diri Anda ketika saya
mengenyam pendidikan di IPB. Saya sampai datang ke Media Dakwah untuk mencari
majalah itu (kebetulan saya pernah menjadi Ketua Pameran Buku di IPB, saya ke
Dewan Dakwah beberapa kali. Saat saya menjadi Ketua Pameran itu –aula Kampus
baranangsiang- saya sampai ngantuk besok harinya pas ujian ‘HPT, Hama dan
Penyakit Tanaman’).
Saya membaca di Media Dakwah, bagaimana Anda mendukung penuh
ide Nurcholish Madjid. Sampai ada polemik tentang Islam dengan I besar dan
Islam dengan I kecil. Dimana Islam dengan I kecil ini, ada istilah Yahudi
islam, Kristen islam dan seterusnya. Karena Islam dimaknai sebagai penyerahan
diri, bukan agama tertentu yang berbeda dengan Kristen, Yahudi atau agama-agama
lainnya.
Saya terus mengikuti Anda. Tulisan-tulisan Anda baik di
Tempo, Kompas atau lainnya terus say abaca. Sampai Anda suatu saat datang ke ‘Singapura’
untuk menengok Nurcholish. Begitu dukungan Anda begitu tingginya kepada
Nurcholish. Padahal ‘kita’ –temen-temen di Dewan Dakwah/Insists- ‘membenci’
Nurcholish karena meluncurkan gagasan pluralismenya. Dan Alhamdulillah kabarnya
Cak Nur di akhir hidupnya sadar akan kesalahannya dan menyuruh anak-anaknya
belajar bahasa Arab. (Kebetulan saya menulis khusus tragedi kawinnya anak Cak
Nur dengan seorang Yahudi dan diskusi dengan kakak saya tentang tragedi itu.
Tentang bagaimana ketidakkonsistenan Cak Nur ketika diwawancara Tempo dan Gatra).
Khusus tentang kakak saya, memang saya yang terus menerus
mencegah dia agar menolak berguru kepada Anda. Waktu itu saya beberapa kali
naik motor bareng dengan kakak saya. Saya terangkan kepadanya bahwa jangan ke
Amerika, lebih baik ke Malaysia. Karena kalau ke Malaysia dengan teman-teman
Muslim bisa membentuk jaringan.
Kakak saya cerita, bagaimana Salim Said marah kepadanya
ketika ia menolak pergi ke Amerika. Ia juga cerita bahwa dalam pertemuan itu
ada Farid Prawiranegara (anaknya Syafrudin Prawiranegara). Dengan Salim Said
saya punya pengalaman sendiri, duduk berdampingan di pesawat dengan dia, ketika
meliput seminar di Bali. Dimana seminar itu dilakukan para tokoh politik untuk
mempertahankan Presiden Gus Dur. Dalam perbincangan dengan Salim Said di
pesawat itu, Salim cenderung mendukung Gus Dur agar terus dipertahankan menjadi
presiden. Dan dia nanya tentang pekerjaanku saat itu yang menjadi wartawan
berpolitik.com (tiap hari tugas di DPR dan menulis berita-berita yang isinya
tidak layak Gus Dur jadi presiden dan harus mundur. Tiap hari di DPR saat itu
saya menulis berita 3 atau 4 berita, dengan tentu saja tiap paginya harus
membaca beberapa Koran. Waktu menulis di Radio Dakta Bekasi saya harus
berlangganan 3 koran untuk menulis dua artikel tiap minggunya).
Terakhir ketika Anda ceramah di ‘Aula perpustakaan Nasional’
dengan Anis Matta saya juga datang. Saya dalam hati sebenarnya kagum juga
terhadap kepintaran Anda. Tapi karena Anda Yahudi dan mendukung ide-ide Islam liberal,
hilang kekaguman saya kepada Anda. Karena bagi saya, masalah
Kristen-Yahudi-Islam, adalah masalah aqidah. Masalah mendasar manusia, untuk
apa dia hidup, mau ke mana dan tujuannya apa dalam hidup ini.
Orang seperti Anda saya lihat, meskipun pintar, tapi Anda
sekedar menjadikan mahasiswa-mahasiswa itu sebagai anak buah Anda. Yakni mereka
menjadi alat Anda untuk mempromosikan ide-ide Anda. Jadi ketika mereka lulus,
mereka akan terus mengekor Anda (dan dari situ saya mengkhawatirkan kakak saya,
nanti dia hanya bisa menjadi agen dari Anda).
Terakhir Anda saya lihat di internet, Anda ceramah di
Paramadina…
Pak Bill, memang tidak mudah untuk beralih agama di Amerika.
Saya menyadari bahwa dengan lingkungan Amerika yang masyarakatnya ‘dikendalikan’
oleh media massa, maka mereka akan terus memegang keyakinan lamanya. Yang
Yahudi tetap Yahudi dan Kristen tetap Kristen. Media di sana yang saya tahu
dikendalikan oleh wartawan-wartawan Yahudi atau non Islam. Kecuali mereka yang
bersentuhan dengan pendakwah hebat Islam, seperti Ustadz Syamsi Ali misalnya.
Ustadz satu ini hebat, karena bisa mengislamkan banyak orang di sana dengan argument-argumen
yang diterima akal (Kebetulan ketika saya ‘memegang penerbitan’ di GIP, saya banyak
email dengan Ustadz Syamsi).
Saya diam-diam sebenarnya kagum juga dengan pemikiran Anda
dan murid-murid Anda. Dimana murid-murid Anda setelah di Indonesia menjadi ‘orang
hebat’ dalam perpolitikan di Indonesia. Seperti Rizal Mallarangeng, Saiful
Mujani, Denny JA dan Eep Saefullah Fatah (yang satu ini tidak sampai lulus).
Yang saya ingat terakhir Anda menulis tentang pentingnya
Tokoh dalam perubahan politik. Bukan organisasi, pemerintah atau lainnya. Dan
itu Anda katakan sebagai ‘teori mutakhir’ setelah puluhan tahun mengajar
politik di sana.
Pak Bill, saya terus terang sebenarnya kasihan kepada Anda,
karena Anda memeluk Yahudi. Kalau Pak Bill baca sejarah Yahudi, maka kelompok
inilah yang waktu itu berusaha menyalib Nabi Isa. Karena Yahudi dengki –sifat manusia
yang tidak mudah dihilangkan- melihat agama Nasrani saat itu berkembang.
Kelompok Nasrani meyakini bahwa Nabi Isa disalib. Sedangkan Al Qur’an
menyatakan bahwa penyaliban Nabi Isa itu adalah suatu kebohongan (atau
prasangka dari Nasrani saja). Dalam Al Qur’an dinyatakan bahwa penyaliban Islam
adalah ‘dzan’ (prasangka) bukan suatu keyakinan (‘ilm).
Al Qur’an
menyatakan: ““Dan karena ucapan mereka (orang-orang
Yahudi): Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul
Allah. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi
(yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu
adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.
Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (An-Nisa’: 157-158)
Semoga Pak Bill
menyadari kesalahan agama Yahudi. Apalagi dalam politik kaum Yahudi ini begitu
bengisnya. Sehingga dalam sejarah dunia, ia banyak menjadi korban politik
karena ‘permainan kotornya’. Salahnya kaum Yahudi kemudian ganti menzalimi umat
Islam. Dengan mendirikan negara Israel di tengah-tengah negara Islam. Padahal
umat Islam dalam sejarahnya –di waktu Khilafah Islamiyah- sering melindungi
kaum Yahudi.
Pak Bill
tentu faham bagaimana kekejaman yang dilakukan pemimpin-pemimpin Yahudi
terhadap umat Islam ketika waktu pendirian negara yang pertama di sana (1948).
Peristiwa Deir Yasin dicatat dalam sejarah sebagai peristiwa yang mengerikan
karena banyak warga Muslim Palestina yang dibunuh ketika itu. Sebuah negara
yang didirikan dengan darah dan kekejaman, tentu tidak akan bertahan lama. Kaum
Yahudi lupa bahwa ada Tuhan yang menciptakan manusia yang ‘tidak akan diam’
melihat kejahatan-kejahatan yang dilakukan mereka. Wallahu azizun hakim. Tuhan
yang mempunyai sifat Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.
Demikian Pak
Bill surat dari saya, semoga Pak Bill dapat mengambil pelajaran dari hidup ini.
Karena meskipun Pak Bill di Amerika, tapi Pak Bill sama dengan saya hidup di
bumi yang diciptakan Allah. Salam hangat dari saya. Kalau Pak Bill bisa
berganti menjadi Islam, tentu merupakan kebahagiaan bagi saya. Karena kalau
kita kaji secara benar dan mendalam, hanya Islam lah yang benar, bukan Nasrani,
Yahudi atau agama lainnya.
Firman Allah
: “Bukanlah (Nabi) Ibrahim itu Yahudi atau Nasrani, tetapi ia adalah seorang
Muslim yang lurus (haniifam musliman),dan
tidaklah ia termasuk orang Musyrik.” (QS Ali Imran 67)
Dan bila Pak
Bill menjadi Muslim itu adalah karunia Allah semata, yang menciptakan kita
semua. Saya hanya ingin mengajak dengan tulus saja.
Akhirnya
saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Bill karena tulisan-tulisan Anda telah
mencerahkan saya dalam memahami politik di Indonesia dan di dunia
internasional. Wallahu alimun hakim.
Salam hangat
dari saya,
Nuim
Hidayat, Peneliti Insists dan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Depok