Oleh : Nuim Hidayat (Ketua Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia, Kota Depok)
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O Blake, menulis di
Kompas hari ini (27/9). Ia mengajak Indonesia bersama-sama Amerika untuk
melawan NIIS (ISIS). Blake lupa bahwa supporter gerilyawan Muslim ISIS di
Indonesia, tidak melakukan kegiatan kriminal di Indonesia. Kebanyakan kaum
Muslim Indonesia diam-diam tahu bahwa ISIS musuh Amerika bukan Indonesia.
Untuk mengkambinghitamkan NIIS
sehingga mereka layak dibunuh dan diberangus pasukan koalisi Amerika, Blake memulai tulisannya: “Rakyat Amerika dan
Indonesia sama-sama dikejutkan oleh gambar-gambar mengerikan yang
memperlihatkan tindak kekerasan yang tidak berperikemanusiaan yang dilakukan
oleh Negara Islam di Irak dan Suriah atau NIIS. “
Blake kemudian menyatakan :
“NIIS merupakan ancaman besar bagi semua bangsa dan agama di dunia, mereka
mengganggu keamanan dan mengancam perdamaian di Timur Tengah serta berpotensi
menyebarkan ideologi mereka yang penuh kebencian di negara kita.” Artikel Blake
itu diberi judul : Visi Bersama AS-RI Melawan NIIS.
Dubes AS boleh menyebarkan
opini-opini keburukan ISIS dan mempengaruhi sebagian pejabat di tanah air, tapi
Dubes tidak akan bisa menutupi keburukan dan kejahatan-kejahatan Amerika di
Timur Tengah.
Seperti diketahui penyebab utama
kekacauan di Irak sekarang ini adalah invasi Amerika ke Irak tahun 2003. Invasi
AS ke Irak yang dilakukan Presiden George Bush saat itu, beralasan Saddam Husein
mempunyai senjata pemusnah massa. Ternyata alasan Bush itu kemudian tidak
terbukti.
Invasi Amerika yang menimbulkan
korban lebih dari 500 ribu Muslim Irak itu, rupa-rupanya diketahui para ahli
politik dan wartawan internasional tujuannya adalah untuk menguasai
ladang-ladang minyak Irak. Sebuah media website yang mencatat cadangan-cadangan
minyak di dunia menulis bahwa jumlah lading-ladang minyak di Irak
menggiurkan. Di Qurna Barat, Irak,
misalya tercatat cadangan minyaknya 21 milyar barrel. Bulan
Januari 2010, perusahaan patungan antara ExxonMobil dan Royal Shell Belanda
mendapatkan kontrak (dari pemerintah AS) untuk mengembangkan 9 milyar barel
dari ladang minyak Qurna Barat. Mereka akan meningkatkan produksi minyak dari
300.000 barel per hari menjadi 2,3 juta barel per hari.
Di wilayah Majnoon, Irak, cadangannya 13 Milyar barrel. Jumlah cadangan ini berada di daerah yang relatif kecil di dekat Sungai Efrat di Irak selatan. Karena berlimpahan begitu banyak sehingga membingungkan para ahli geologi, sehingga dinamakan Majnoon (gila). Ladang minyak di daerah ini berpotensi menghasilkan 1,8 juta barel per hari (bandingkan dengan Indonesia yang produksinya tidak sampai 1 juta barel/hari).
Di wilayah Majnoon, Irak, cadangannya 13 Milyar barrel. Jumlah cadangan ini berada di daerah yang relatif kecil di dekat Sungai Efrat di Irak selatan. Karena berlimpahan begitu banyak sehingga membingungkan para ahli geologi, sehingga dinamakan Majnoon (gila). Ladang minyak di daerah ini berpotensi menghasilkan 1,8 juta barel per hari (bandingkan dengan Indonesia yang produksinya tidak sampai 1 juta barel/hari).
Di wilayah Rumaila
Irak, cadangan minyaknya 17 milyar barrel.
Rumaila merupakan lapangan yang berada di
perbatasan Irak-Kuwait yang memicu perang. Ladang minyak di sini telah
memproduksi 1juta barel per hari. Dan akan ditingkatkan produksinya menjadi
2,85 juta barel per hari. (Lihat, http://m.energitoday.com/2014/07/02/ini-negara-dengan-cadangan-minyak-terbesar-di-dunia/).
Sedangkan dalam website detik.com, dinyatakan bahwa
Irak mempunyai cadangan keempat terbesar di dunia. Pertama Arab Saudi, 264,59
milyar barrel. Kedua, Venezuela 137 milyar barel. Ketiga, Iran 137,01 milyar
barel dan keempat, Irak 114 milyar
barel. (Lihat http://finance.detik.com/read/2010/10/04/154655/1455010/4/terbesar-ketiga-di-dunia-cadangan-minyak-irak-capai-143-miliar-barel)
“Tentu saja ini soal minyak, kita
tidak bisa mengingkarinya,” kata Jenderal John Abizaid, mantan kepala Komando
Pusat dan Operasi Militer di Iraq pada 2007. Mantan Kepala Bank Sentral AS Alan
Greenspan sependapat, dalam tulisan memoarnya, “Saya sedih bahwa secara politik
tidak nyaman untuk mengakui apa semua orang telah ketahui: perang Iraq utamanya
adalah karena minyak. Mantan Senator yang kini jadi Menlu AS Chuck Huggel
mengatakan hal yang sama pada 2007: “Orang bilang kita tidak berperang karena
minyak. Tentu saja kita berperang karena minyak.”
Pusat Integritas Publik (AS) melaporkan bahwa pada Oktober 2003,
“Lebih dari tujuh puluh perusahaan dan individu Amerika telah memenangkan
kontrak bernilai hampir delapan miliar dolar. Angka itu berasal dari kontrak
untuk proyek di Irak dan Afghanistan pasca perang selama dua tahun terakhir…Perusahaan-perusahaan
ini menyumbang lebih dari 500.000 dolar untuk kampanye presiden George W Bush.
Jumlah tersebut lebih banyak dari yang diterima politisi manapun selama dua
belas tahun terakhir.” (Lihat buku :
The Exception to The Rulers: Exposing Oily Politicians, War Profiteers, and The
Media That Love Them. “Perang Demi Uang: Membongkar Ketamakan dan Keganasan
Elit Politik Amerika”. Karya : Amy Goodman dan David Goodman, Mizan).”
Demonisasi ISIS, Demonisasi Saddam
Tahun 2003 beberapa hari sebelum Amerika
melakukan penyerangan terhadap Irak, di PP Muhammadiyah Jakarta, dilaksanakan
pertemuan ormas-ormas Islam dengan Sekretaris Kedutaan Amerika dan Sekretaris
Kedutaan Kuwait. Penulis yang kebetulan saat itu sebagai Wartawan Tabligh
Muhammadiyah kebetulan mengikuti pertemuan itu. Saat itu Sekretaris Kedutaan
Besar Amerika menceritakan bagaimana keburukan dan kejahatan Saddam, sehingga
layak untuk digulingkan dan diserbu negaranya. Pernyataan Sekretaris Dubes AS
itu kontak mendapat perlawanan dari ormas-ormas Islam.
Seperti diketahui, Saddam memang
bukan pemimpin negara Islam Irak yang baik, tapi serangan Amerika terhadap Irak
tentu akan menyebabkan negara itu porak poranda dan ratusan ribu orang menjadi
korban (kini terbukti).
Jadi demonisasi (penyetanan)
terhadap seorang tokoh atau organisasi sebelum Amerika menghancurkan Irak
adalah lagu lama. Sayangnya sebagian pejabat atau tokoh kita tidak kritis
terhadap propaganda Amerika tahun 2014 ini. Amerika lewat medianya (diikuti
oleh media-media besar) kita, membuat sosok ISIS laksana setan harus
dihancurkan. Sementara sang penghancur, Amerika, digambarkan seperti sosok
malaikat. Pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan ISIS terus diekspos, sementara
pembunuhan oleh pasukan Amerika disembunyikan. Pembunuhan ratusan ribu Muslim
Irak 2003-2004 tidak pernah diekspos oleh pemerintah Amerika atau media-media
besar Amerika saat ini!
Sehingga seorang ibu saking
geramnya terhadap Amerika saat Pengajian Politik Islam di Masjid Al Azhar
Kebayoran Baru menyatakan :”Kondisi di Irak sekarang ini kan seperti dulu
rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.” Memang ketika Belanda menjajah
Indonesia, para pahlawan disebut ekstrimis, radikal, penjahat dan seterusnya.
Amerika sebenarnya telah mengetahui
bahwa ISIS yang tadinya ISI (Islamic of State, 2005), telah lama terbentuk
embrionya di Irak. Tapi, karena gerilyawan Muslim itu belum tumbuh kuat dan
mengambil lading-ladang minyak Amerika, maka Amerika tidak banyak bertindak.
Amerika tadinya mengharapkan pemerintah bonekanya di Irak dapat mengatasi ISIS,
ternyata Amerika keliru. Pemerintah sekuler yang dikendalikannya (PM Nur Maliki
saat itu) ternyata lemah, sehingga ISIS berkembang luas pengaruhnya saat ini.
Ternyata kebanyakan rakyat Muslim dan ulama Irak mendukung penuh ISIS, sehingga
ISIS dapat menguasai tiga kota di Irak. Bahkan menurut berita terakhir, ISIS
telah menguasai 7 ladang minyak di wilayah Irak.
Menurut Badan
Energi Internasional (IEA) dalam laporan pasar minyak bulanannya menyebutkan
kapasitas ladang minyak yang telah dipegang ISIS sebesar 80 ribu barel per
hari. ISIS dilaporkan telah menguasai ladang minyak Najma, Qayara, Himreen,
Ajeel dan Balad. Selain itu, pada awal bulan ini mereka berhasil merebut ladang
minyak Ain Zalah dan Batma di provinsi Nineveh.
Menurut IEA, para militan saat ini berada di sekitar 30km dari Bai Hasan yang merupakan ladang keempat terbesar di Irak. Disebutkan, aliran minyak potensial dari endapan minyak yang dipegang ISIS itu setara dengan sekitar $8.4 juta per hari di pasar internasional. (Lihat : http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/14/08/14/naaskt-isis-kuasai-7-ladang-minyak-irak).
Menurut IEA, para militan saat ini berada di sekitar 30km dari Bai Hasan yang merupakan ladang keempat terbesar di Irak. Disebutkan, aliran minyak potensial dari endapan minyak yang dipegang ISIS itu setara dengan sekitar $8.4 juta per hari di pasar internasional. (Lihat : http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/14/08/14/naaskt-isis-kuasai-7-ladang-minyak-irak).
Tentu saja bagi pengamat politik yang
obyektif, ISIS bisa saja mempunyai
kesalahan atau melakukan kekejaman. Karena beberapa anggotanya ada dari pasukan
Saddam yang kecewa terhadap Amerika dan mungkin pemahaman Islamnya kurang
mendalam. Tapi menonjolkan kesalahan ISIS berlebihan dan menutupi kejahatan
Amerika adalah tindakan yang sangat keliru. Bagaimanapun penjajah, perampok
minyak, pembunuh 500 ribu Muslim Irak dan perusak negeri Islam kesalahannya
jauh lebih besar.
Walhasil, bila Blake ingin perdamaian di Irak,
tinggalkan ladang-ladang minyak Irak. Biarkan Irak diurus oleh Muslim Irak
sendiri. “Tapi Amerika tidak membiarkan negeri-negeri Islam itu tumbuh
alami,”kata ahli politik Prof Amien Rais.
Pernyataan ahli politik John L Esposito ini patut
direnungkan : “Who do they hate us? Adalah waktunya kita menyadari bahwa mereka
melihat lebih banyak dari yang kita lihat. Anti Amerika tidaklah muncul hanya
karena fanatisme yang luar biasa terhadap agama yang diyakininya. Tapi juga
karena frustasi dan marah melihat dominasi politik Amerika di dunia Muslim.
Tidak seperti yang lalu-lalu, kini mereka menyaksikan tiap hari kekejaman dan
kekerasan yang brutal di Palestina, tempat Israel menggunakan senjata-senjata
yang dipasok oleh AS dalam aksinya itu –seperti penggunaan pesawat F-16 dan
Helikopter Apache oleh Israel.”
Maka bayangkan kalau jutaan korban kebrutalan
Israel dan Amerika di Palestina, Afghanistan dan Irak dibuat monumennya sebagaimana monumen
3000 korban Tragedi WTC di Ground Zero.
Kaum Muslim di seluruh dunia akan selalu ingat dan mengenang kebiadaban
Amerika-Israel. Dan seharusnya Robert O Blake malu membuat opini berlebihan
tentang kesalahan ISIS, menutupi kejahatan dan kebiadaban yang dilakukan
negaranya. Kaum Muslim Indonesia tidak bodoh Blake!*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar