Rabu, 30 September 2015

Surat Untuk Bill Liddle

Saya tulis surat ini karena saya mengenal Anda, Bill Liddle lewat buku-buku. Terutama buku yang ditulis mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang menulis buku ‘70 Tahun Bill Liddle’. Di situ para mahasiswa kesayangan Anda menulis dengan bagus tentang cara bagaimana Anda mengajar, siapa Anda dan bagaimana hubungan kedekatan Anda dengan mereka.

Saya terus terang terkesan dengan cara bagaimana Anda menjalin hubungan dekat dengan mereka. Sehingga para mahasiswa itu kadang datang ke rumah Anda makan-makan bersama.
Tapi ada satu pengalaman yang tidak saya lupakan, ketika saya membaca Media Dakwah yang bercerita tentang diri Anda ketika saya mengenyam pendidikan di IPB. Saya sampai datang ke Media Dakwah untuk mencari majalah itu (kebetulan saya pernah menjadi Ketua Pameran Buku di IPB, saya ke Dewan Dakwah beberapa kali. Saat saya menjadi Ketua Pameran itu –aula Kampus baranangsiang- saya sampai ngantuk besok harinya pas ujian ‘HPT, Hama dan Penyakit Tanaman’).
Saya membaca di Media Dakwah, bagaimana Anda mendukung penuh ide Nurcholish Madjid. Sampai ada polemik tentang Islam dengan I besar dan Islam dengan I kecil. Dimana Islam dengan I kecil ini, ada istilah Yahudi islam, Kristen islam dan seterusnya. Karena Islam dimaknai sebagai penyerahan diri, bukan agama tertentu yang berbeda dengan Kristen, Yahudi atau agama-agama lainnya.

Saya terus mengikuti Anda. Tulisan-tulisan Anda baik di Tempo, Kompas atau lainnya terus say abaca. Sampai Anda suatu saat datang ke ‘Singapura’ untuk menengok Nurcholish. Begitu dukungan Anda begitu tingginya kepada Nurcholish. Padahal ‘kita’ –temen-temen di Dewan Dakwah/Insists- ‘membenci’ Nurcholish karena meluncurkan gagasan pluralismenya. Dan Alhamdulillah kabarnya Cak Nur di akhir hidupnya sadar akan kesalahannya dan menyuruh anak-anaknya belajar bahasa Arab. (Kebetulan saya menulis khusus tragedi kawinnya anak Cak Nur dengan seorang Yahudi dan diskusi dengan kakak saya tentang tragedi itu. Tentang bagaimana ketidakkonsistenan Cak Nur ketika diwawancara Tempo dan Gatra).

Khusus tentang kakak saya, memang saya yang terus menerus mencegah dia agar menolak berguru kepada Anda. Waktu itu saya beberapa kali naik motor bareng dengan kakak saya. Saya terangkan kepadanya bahwa jangan ke Amerika, lebih baik ke Malaysia. Karena kalau ke Malaysia dengan teman-teman Muslim bisa membentuk jaringan.

Kakak saya cerita, bagaimana Salim Said marah kepadanya ketika ia menolak pergi ke Amerika. Ia juga cerita bahwa dalam pertemuan itu ada Farid Prawiranegara (anaknya Syafrudin Prawiranegara). Dengan Salim Said saya punya pengalaman sendiri, duduk berdampingan di pesawat dengan dia, ketika meliput seminar di Bali. Dimana seminar itu dilakukan para tokoh politik untuk mempertahankan Presiden Gus Dur. Dalam perbincangan dengan Salim Said di pesawat itu, Salim cenderung mendukung Gus Dur agar terus dipertahankan menjadi presiden. Dan dia nanya tentang pekerjaanku saat itu yang menjadi wartawan berpolitik.com (tiap hari tugas di DPR dan menulis berita-berita yang isinya tidak layak Gus Dur jadi presiden dan harus mundur. Tiap hari di DPR saat itu saya menulis berita 3 atau 4 berita, dengan tentu saja tiap paginya harus membaca beberapa Koran. Waktu menulis di Radio Dakta Bekasi saya harus berlangganan 3 koran untuk menulis dua artikel tiap minggunya).

Terakhir ketika Anda ceramah di ‘Aula perpustakaan Nasional’ dengan Anis Matta saya juga datang. Saya dalam hati sebenarnya kagum juga terhadap kepintaran Anda. Tapi karena Anda Yahudi dan mendukung ide-ide Islam liberal, hilang kekaguman saya kepada Anda. Karena bagi saya, masalah Kristen-Yahudi-Islam, adalah masalah aqidah. Masalah mendasar manusia, untuk apa dia hidup, mau ke mana dan tujuannya apa dalam hidup ini.

Orang seperti Anda saya lihat, meskipun pintar, tapi Anda sekedar menjadikan mahasiswa-mahasiswa itu sebagai anak buah Anda. Yakni mereka menjadi alat Anda untuk mempromosikan ide-ide Anda. Jadi ketika mereka lulus, mereka akan terus mengekor Anda (dan dari situ saya mengkhawatirkan kakak saya, nanti dia hanya bisa menjadi agen dari Anda).

Terakhir Anda saya lihat di internet, Anda ceramah di Paramadina…

Pak Bill, memang tidak mudah untuk beralih agama di Amerika. Saya menyadari bahwa dengan lingkungan Amerika yang masyarakatnya ‘dikendalikan’ oleh media massa, maka mereka akan terus memegang keyakinan lamanya. Yang Yahudi tetap Yahudi dan Kristen tetap Kristen. Media di sana yang saya tahu dikendalikan oleh wartawan-wartawan Yahudi atau non Islam. Kecuali mereka yang bersentuhan dengan pendakwah hebat Islam, seperti Ustadz Syamsi Ali misalnya. Ustadz satu ini hebat, karena bisa mengislamkan banyak orang di sana dengan argument-argumen yang diterima akal (Kebetulan ketika saya ‘memegang penerbitan’ di GIP, saya banyak email dengan Ustadz Syamsi).
Saya diam-diam sebenarnya kagum juga dengan pemikiran Anda dan murid-murid Anda. Dimana murid-murid Anda setelah di Indonesia menjadi ‘orang hebat’ dalam perpolitikan di Indonesia. Seperti Rizal Mallarangeng, Saiful Mujani, Denny JA dan Eep Saefullah Fatah (yang satu ini tidak sampai lulus).

Yang saya ingat terakhir Anda menulis tentang pentingnya Tokoh dalam perubahan politik. Bukan organisasi, pemerintah atau lainnya. Dan itu Anda katakan sebagai ‘teori mutakhir’ setelah puluhan tahun mengajar politik di sana.

Pak Bill, saya terus terang sebenarnya kasihan kepada Anda, karena Anda memeluk Yahudi. Kalau Pak Bill baca sejarah Yahudi, maka kelompok inilah yang waktu itu berusaha menyalib Nabi Isa. Karena Yahudi dengki –sifat manusia yang tidak mudah dihilangkan- melihat agama Nasrani saat itu berkembang. Kelompok Nasrani meyakini bahwa Nabi Isa disalib. Sedangkan Al Qur’an menyatakan bahwa penyaliban Nabi Isa itu adalah suatu kebohongan (atau prasangka dari Nasrani saja). Dalam Al Qur’an dinyatakan bahwa penyaliban Islam adalah ‘dzan’ (prasangka) bukan suatu keyakinan (‘ilm).
Al Qur’an menyatakan: ““Dan karena ucapan mereka (orang-orang Yahudi): Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (An-Nisa’: 157-158)

Semoga Pak Bill menyadari kesalahan agama Yahudi. Apalagi dalam politik kaum Yahudi ini begitu bengisnya. Sehingga dalam sejarah dunia, ia banyak menjadi korban politik karena ‘permainan kotornya’. Salahnya kaum Yahudi kemudian ganti menzalimi umat Islam. Dengan mendirikan negara Israel di tengah-tengah negara Islam. Padahal umat Islam dalam sejarahnya –di waktu Khilafah Islamiyah- sering melindungi kaum Yahudi.

Pak Bill tentu faham bagaimana kekejaman yang dilakukan pemimpin-pemimpin Yahudi terhadap umat Islam ketika waktu pendirian negara yang pertama di sana (1948). Peristiwa Deir Yasin dicatat dalam sejarah sebagai peristiwa yang mengerikan karena banyak warga Muslim Palestina yang dibunuh ketika itu. Sebuah negara yang didirikan dengan darah dan kekejaman, tentu tidak akan bertahan lama. Kaum Yahudi lupa bahwa ada Tuhan yang menciptakan manusia yang ‘tidak akan diam’ melihat kejahatan-kejahatan yang dilakukan mereka. Wallahu azizun hakim. Tuhan yang mempunyai sifat Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.

Demikian Pak Bill surat dari saya, semoga Pak Bill dapat mengambil pelajaran dari hidup ini. Karena meskipun Pak Bill di Amerika, tapi Pak Bill sama dengan saya hidup di bumi yang diciptakan Allah. Salam hangat dari saya. Kalau Pak Bill bisa berganti menjadi Islam, tentu merupakan kebahagiaan bagi saya. Karena kalau kita kaji secara benar dan mendalam, hanya Islam lah yang benar, bukan Nasrani, Yahudi atau agama lainnya.

Firman Allah : “Bukanlah (Nabi) Ibrahim itu Yahudi atau Nasrani, tetapi ia adalah seorang Muslim yang lurus (haniifam musliman),dan tidaklah ia termasuk orang Musyrik.” (QS Ali Imran 67)

Dan bila Pak Bill menjadi Muslim itu adalah karunia Allah semata, yang menciptakan kita semua. Saya hanya ingin mengajak dengan tulus saja.

Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Bill karena tulisan-tulisan Anda telah mencerahkan saya dalam memahami politik di Indonesia dan di dunia internasional. Wallahu alimun hakim.

Salam hangat dari saya,

Nuim Hidayat, Peneliti Insists dan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Depok

Tidak ada komentar: