Selasa, 23 November 2010

Nasib Bahasa Indonesia


Nasib Bahasa Indonesia
Oleh: Nuim Hidayat
(Litbang Sekolah Alam dan Sains Al Jannah dan Kepala Sekolah SMA Pesantren Husnayain)

Di Tanah air kini bermunculan SMP dan SMA internasional. Sekolah-sekolah menengah internasional ini memungut bayaran yang mahal, puluhan juta dan kelebihannya terutama hanya satu yaitu menggunakan bahasa Inggris dalam berbagai mata pelajarannya. Perlu didukung atau dihentikankah tren seperti ini?

Kita faham bersama bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan suatu makna benda atau peristiwa. Bila dua orang atau lebih berkomunikasi, menggunakan sebuah bahasa, mereka saling paham, maka telah cukuplah fungsi bahasa itu. Bahasa bukan untuk bergaya-gaya atau menghegemoni suatu komunitas/bangsa ke bangsa lain. Raja Ali Haji, ulama besar dan ahli bahasa Melayu menyatakan bahwa tujuan belajar bahasa adalah untuk makrifat kepada Allah, Sang Pencipta.

Terjebak Gelar


Terjebak Gelar

Oleh: Nuim Hidayat

“Niat adalah tujuan seseorang dengan hatinya terhadap sesuatu yang dia kehendaki untuk dikerjakannya” (Sulaiman al Asyqar mengutip al Qurafi)

Untuk menjayakan sebuah bangsa, maka para ahli sepakat bahwa lewat pendidikan lah jalan utamanya. Bukan lewat ekonomi, politik, budaya dan lain-lain. Karena bangsa terdiri dari masyarakat, sedangkan mayarakat terdiri dari individu-individu, maka perubahan bangsa dimulai dengan mengubah individu itu. Perubahan individu adalah dimulai dengan mengubah akal dan jiwanya. Perubahan akal dan jiwa, tidak lain tidak bukan mesti lewat pendidikan.

Semakin maju dan benar pendidikan sebuah bangsa, maka bangsa itu akan mengalami kejayaan. Semakin terpuruk dan salah dalam arah pendidikan bangsa, maka bangsa itu akan terus mengalami terpurukan. Mengalami lingkaran setan masalah yang membelit, mulai dari kerakusan ekonomi, kerakusan jabatan, kerakusan politik dan berbagai kerakusan-kerakusan duniawi lainnya.