Jumat, 29 November 2013

Surat Cinta untuk Politisi Muslim

Oleh: Nuim Hidayat

Bismillahirrahmanirrahim,
Surat cinta ini  saya tulis karena terpicu dengan pernyataan salah satu tokoh politisi Muslim yang bangga ketika ada non Muslim menjadi salah satu pengurus partainya.  Mungkin ia dan sahabat-sahabatnya punya dalil atau hujjah untuk pendapatnya itu. Tapi saya yakin hujjah itu tidak diuji ke publik, terutama ke para ulama dan cendekiawan yang shaleh, yang faham tentang Islam dan sejarah bangsa ini.

Sekitar tahun 2006, saya pernah menulis di Majalah Hidayatullah tentang pentingnya kesatuan aqidah dalam sebuah organisasi termasuk partai politik. Kita bisa bayangkan, bila NU dan Muhammadiyah tidak dirintis oleh orang-orang yang sama dalam tujuan aqidah dan dakwah. Apakah mungkin sebesar sekarang? Inilah ringkasan dari artikel yang saya beri judul Bersama-sama Kaum Muslim Kita Berjuang.

Hitam Putih Presiden Soekarno


Oleh : Nuim Hidayat

“Media Seringkali Membuat Banyak Orang Salah Idola” (anonim)

Soekarno, laki-laki proklamator RI ini kini menjadi banyak idola kawula muda. Buku-buku banyak ditulis memuji-muji kehebatan dia. Mulai dari masa kecilnya, remaja dan dewasanya. Dibukukan tulisan-tulisannya dan divideokan pidato-pidatonya. Film-film pun dibuat untuk mempropagandakan kepribadian dan kehebatannya. Benarkah Soekarno manusia yang hebat tidak ada cacat atau justru banyak cacatnya? Tulisan ringkas ini akan mencoba menelaahnya.

Amien Rais dan Jokowi


Nuim Hidayat (mantan wartawan Media Dakwah) 
 
Amien Rais adalah tokoh intelektual Islam yang ‘digadang-gadang’ umat Indonesia menjadi presiden Indonesia setelah Soeharto turun 1998.  Amien dijegal oleh ‘kelompok non Islam’.  Kini Jokowi dielu-elukan Kompas untuk menjadi presiden. Akankah berhasil?

Bermula tahun 90-an sepulang Amien dari Doktornya di Chicago University, Amien, doktor ilmu politik, senantiasa meluncurkan pemikiran-pemikiran segar. Baik di kalangan intelektual maupun media massa seperti di Panji Masyarakat, Republika dan jurnal-jurnal ilmiah. Amien saat itu adalah pengritik terdepan kekuasaan Soeharto yang begitu menggurita. Soeharto menguasai militer, politik, ekonomi dan lain-lainnya.

22 juni 1945 dan 5 Juli 1959


Oleh: Nuim Hidayat

22 Juni merupakan peristiwa penting bagi bangsa Indonesia. Tanggal ini adalah disyahkannya Piagam Jakarta, pembukaan UUD 1945 (22 Juni 1945). Selain itu ia adalah hari lahir kota Jakarta, 22 Juni 1527. Hari dimana pahlawan Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Sedangkan 5 Juli 1959 adalah Dekrit Presiden Soekarno yang mengatakan kembalinya berlaku UUD 1945 dan pernyataannya bahwa Piagam Jakarta menjiwai UUD 1945 dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

 Dekrit Presiden Soekarno ini merupakan hal yang fundamental, karena hampir tiga tahun (1956-1959) Majelis Konstituante bersidang untuk merumuskan UUD, saat itu tidak mencapai kata sepakat atau korum dalam pengambilan keputusan tentang dasar negara.