Selasa, 07 Agustus 2012

Suatu Hari Ramadhan di Pesantren Husnayain Sukabumi Raja Ali Haji, A Teeuw dan Gorrys Keraf

Suatu Hari Ramadhan di Pesantren Husnayain Sukabumi
Raja Ali Haji, A Teeuw dan Gorrys Keraf
Oleh: Nuim Hidayat (Pengajar Pesantren Husnayain)

Seperti biasa tiap Senin pagi saya bersama beberapa Ustadz mengajar ke Pesantren Husnayain Sukabumi, Saya di pesantren itu diamanahi mengajar bahasa Indonesia untuk murid-murid SMA. Tapi kadangkala juga disuruh mengajar Tauhid, Sejarah dan lain-lain, seperti pada semester-semester lalu. Murid di pesantren itu tidak begitu banyak. Rata-rata santrinya sekelas kurang dari 20 orang. Bila pelajaran, mereka laki-laki dan perempuan kumpul dalam kelas. Laki-laki di depan, perempuan di belakang.

Dulu pernah ada niat untuk memisahkan laki-laki dan perempuan -atau baniin dan banaat, istilah popular di pesantren itu—tapi karena gurunya kurang, kini dicampur lagi.
Meski dicampur interaksi baniin dan banaat dijaga ketat. Bila ketahuan mereka pacaran –misalnya berduaan di tempat sepia tau berboncengan motor- pesantren tak segan-segan akan mengeluarkannya. Meski total jumlah santri tidak begitu banyak, tapi saya melihat semangat dalam diri mereka menyala dalam belajar. Mereka tiap hari latihan bicara bahasa Arab atau Inggris. Kosa kata ‘bahasa asing’ hampir tiap hari diberikan untuk dihafalkan. Untuk semakin memperlancar bahasa lain, mereka sering mengadakan latihan pidato dalam bahasa Arab/Inggris. Latihan ini diikuti oleh semua santri dan masing-masing mereka gantian ke depan mempersembahkan pidato terbaiknya. Saya pernah mengikuti acara ini –pada malam hari—serunya bukan main. Saya melihat hampir tidak ada yang malu atau grogi dalam latihan pidato itu. Mereka bertepuk tangan atau tertawa riang bila kawannya yang ngomong berbahasa asing itu salah ucap atau bingung memperpanjang ceramahnya.

Jumat, 03 Agustus 2012

Rhoma Irama, Kenapa Dihabisi? Sebuah Catatan Kecil

Rhoma Irama, Kenapa Dihabisi? Sebuah Catatan Kecil
oleh: Nuim Hidayat (mantan wartawan)

Kasus Rhoma ini menarik. Seseorang yang ceramah di dalam masjid tentang kepemimpinan dalam Islam, kemudian dimasalahkan KPUD. Setelah tentu saja sebelumnya media massa (sekuler) mempermasalahkannya. Memang ada ketentuan dalam aturan kampanye bahwa dilarang kampanye dalam tempat ibadah. Tapi masalahnya... saat ini belum waktunya kampanye, dan juga bagi umat Islam tidak mungkin dilarang menggunakan masjid untuk membicarakan masalah pemimpin.

Masalah kepemimpinan masalah yang urgen bagi umat Islam. Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah mengkaji dengan serius masalah itu. Dalam Islam, memilih pemimpin yang pertama dilihat agamanya. Yakni harus Islam. Tidak boleh mengangkat pemimpin non Islam bila masih ada orang Islam yang mampu. Yang kedua, baru keahliannya. Al Qur'an mengingatkan: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS Al Maidah 51).