"Berbuat Adillah, Karena Adil itu Lebih Dekat Kepada Taqwa" "(Ulil Albab) Mereka yang mendengarkan Perkataan, Lalu Mengikuti yang Terbaik"
Sabtu, 03 Oktober 2015
Rabu, 30 September 2015
Surat Untuk Bill Liddle
Saya tulis surat ini karena saya mengenal Anda, Bill Liddle
lewat buku-buku. Terutama buku yang ditulis mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang
menulis buku ‘70 Tahun Bill Liddle’. Di situ para mahasiswa kesayangan Anda
menulis dengan bagus tentang cara bagaimana Anda mengajar, siapa Anda dan
bagaimana hubungan kedekatan Anda dengan mereka.
Saya terus terang terkesan dengan cara bagaimana Anda
menjalin hubungan dekat dengan mereka. Sehingga para mahasiswa itu kadang
datang ke rumah Anda makan-makan bersama.
Tapi ada satu pengalaman yang tidak saya lupakan, ketika
saya membaca Media Dakwah yang bercerita tentang diri Anda ketika saya
mengenyam pendidikan di IPB. Saya sampai datang ke Media Dakwah untuk mencari
majalah itu (kebetulan saya pernah menjadi Ketua Pameran Buku di IPB, saya ke
Dewan Dakwah beberapa kali. Saat saya menjadi Ketua Pameran itu –aula Kampus
baranangsiang- saya sampai ngantuk besok harinya pas ujian ‘HPT, Hama dan
Penyakit Tanaman’).
Saya membaca di Media Dakwah, bagaimana Anda mendukung penuh
ide Nurcholish Madjid. Sampai ada polemik tentang Islam dengan I besar dan
Islam dengan I kecil. Dimana Islam dengan I kecil ini, ada istilah Yahudi
islam, Kristen islam dan seterusnya. Karena Islam dimaknai sebagai penyerahan
diri, bukan agama tertentu yang berbeda dengan Kristen, Yahudi atau agama-agama
lainnya.
Saya terus mengikuti Anda. Tulisan-tulisan Anda baik di
Tempo, Kompas atau lainnya terus say abaca. Sampai Anda suatu saat datang ke ‘Singapura’
untuk menengok Nurcholish. Begitu dukungan Anda begitu tingginya kepada
Nurcholish. Padahal ‘kita’ –temen-temen di Dewan Dakwah/Insists- ‘membenci’
Nurcholish karena meluncurkan gagasan pluralismenya. Dan Alhamdulillah kabarnya
Cak Nur di akhir hidupnya sadar akan kesalahannya dan menyuruh anak-anaknya
belajar bahasa Arab. (Kebetulan saya menulis khusus tragedi kawinnya anak Cak
Nur dengan seorang Yahudi dan diskusi dengan kakak saya tentang tragedi itu.
Tentang bagaimana ketidakkonsistenan Cak Nur ketika diwawancara Tempo dan Gatra).
Khusus tentang kakak saya, memang saya yang terus menerus
mencegah dia agar menolak berguru kepada Anda. Waktu itu saya beberapa kali
naik motor bareng dengan kakak saya. Saya terangkan kepadanya bahwa jangan ke
Amerika, lebih baik ke Malaysia. Karena kalau ke Malaysia dengan teman-teman
Muslim bisa membentuk jaringan.
Kakak saya cerita, bagaimana Salim Said marah kepadanya
ketika ia menolak pergi ke Amerika. Ia juga cerita bahwa dalam pertemuan itu
ada Farid Prawiranegara (anaknya Syafrudin Prawiranegara). Dengan Salim Said
saya punya pengalaman sendiri, duduk berdampingan di pesawat dengan dia, ketika
meliput seminar di Bali. Dimana seminar itu dilakukan para tokoh politik untuk
mempertahankan Presiden Gus Dur. Dalam perbincangan dengan Salim Said di
pesawat itu, Salim cenderung mendukung Gus Dur agar terus dipertahankan menjadi
presiden. Dan dia nanya tentang pekerjaanku saat itu yang menjadi wartawan
berpolitik.com (tiap hari tugas di DPR dan menulis berita-berita yang isinya
tidak layak Gus Dur jadi presiden dan harus mundur. Tiap hari di DPR saat itu
saya menulis berita 3 atau 4 berita, dengan tentu saja tiap paginya harus
membaca beberapa Koran. Waktu menulis di Radio Dakta Bekasi saya harus
berlangganan 3 koran untuk menulis dua artikel tiap minggunya).
Terakhir ketika Anda ceramah di ‘Aula perpustakaan Nasional’
dengan Anis Matta saya juga datang. Saya dalam hati sebenarnya kagum juga
terhadap kepintaran Anda. Tapi karena Anda Yahudi dan mendukung ide-ide Islam liberal,
hilang kekaguman saya kepada Anda. Karena bagi saya, masalah
Kristen-Yahudi-Islam, adalah masalah aqidah. Masalah mendasar manusia, untuk
apa dia hidup, mau ke mana dan tujuannya apa dalam hidup ini.
Orang seperti Anda saya lihat, meskipun pintar, tapi Anda
sekedar menjadikan mahasiswa-mahasiswa itu sebagai anak buah Anda. Yakni mereka
menjadi alat Anda untuk mempromosikan ide-ide Anda. Jadi ketika mereka lulus,
mereka akan terus mengekor Anda (dan dari situ saya mengkhawatirkan kakak saya,
nanti dia hanya bisa menjadi agen dari Anda).
Terakhir Anda saya lihat di internet, Anda ceramah di
Paramadina…
Pak Bill, memang tidak mudah untuk beralih agama di Amerika.
Saya menyadari bahwa dengan lingkungan Amerika yang masyarakatnya ‘dikendalikan’
oleh media massa, maka mereka akan terus memegang keyakinan lamanya. Yang
Yahudi tetap Yahudi dan Kristen tetap Kristen. Media di sana yang saya tahu
dikendalikan oleh wartawan-wartawan Yahudi atau non Islam. Kecuali mereka yang
bersentuhan dengan pendakwah hebat Islam, seperti Ustadz Syamsi Ali misalnya.
Ustadz satu ini hebat, karena bisa mengislamkan banyak orang di sana dengan argument-argumen
yang diterima akal (Kebetulan ketika saya ‘memegang penerbitan’ di GIP, saya banyak
email dengan Ustadz Syamsi).
Saya diam-diam sebenarnya kagum juga dengan pemikiran Anda
dan murid-murid Anda. Dimana murid-murid Anda setelah di Indonesia menjadi ‘orang
hebat’ dalam perpolitikan di Indonesia. Seperti Rizal Mallarangeng, Saiful
Mujani, Denny JA dan Eep Saefullah Fatah (yang satu ini tidak sampai lulus).
Yang saya ingat terakhir Anda menulis tentang pentingnya
Tokoh dalam perubahan politik. Bukan organisasi, pemerintah atau lainnya. Dan
itu Anda katakan sebagai ‘teori mutakhir’ setelah puluhan tahun mengajar
politik di sana.
Pak Bill, saya terus terang sebenarnya kasihan kepada Anda,
karena Anda memeluk Yahudi. Kalau Pak Bill baca sejarah Yahudi, maka kelompok
inilah yang waktu itu berusaha menyalib Nabi Isa. Karena Yahudi dengki –sifat manusia
yang tidak mudah dihilangkan- melihat agama Nasrani saat itu berkembang.
Kelompok Nasrani meyakini bahwa Nabi Isa disalib. Sedangkan Al Qur’an
menyatakan bahwa penyaliban Nabi Isa itu adalah suatu kebohongan (atau
prasangka dari Nasrani saja). Dalam Al Qur’an dinyatakan bahwa penyaliban Islam
adalah ‘dzan’ (prasangka) bukan suatu keyakinan (‘ilm).
Al Qur’an
menyatakan: ““Dan karena ucapan mereka (orang-orang
Yahudi): Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul
Allah. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi
(yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu
adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.
Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (An-Nisa’: 157-158)
Semoga Pak Bill
menyadari kesalahan agama Yahudi. Apalagi dalam politik kaum Yahudi ini begitu
bengisnya. Sehingga dalam sejarah dunia, ia banyak menjadi korban politik
karena ‘permainan kotornya’. Salahnya kaum Yahudi kemudian ganti menzalimi umat
Islam. Dengan mendirikan negara Israel di tengah-tengah negara Islam. Padahal
umat Islam dalam sejarahnya –di waktu Khilafah Islamiyah- sering melindungi
kaum Yahudi.
Pak Bill
tentu faham bagaimana kekejaman yang dilakukan pemimpin-pemimpin Yahudi
terhadap umat Islam ketika waktu pendirian negara yang pertama di sana (1948).
Peristiwa Deir Yasin dicatat dalam sejarah sebagai peristiwa yang mengerikan
karena banyak warga Muslim Palestina yang dibunuh ketika itu. Sebuah negara
yang didirikan dengan darah dan kekejaman, tentu tidak akan bertahan lama. Kaum
Yahudi lupa bahwa ada Tuhan yang menciptakan manusia yang ‘tidak akan diam’
melihat kejahatan-kejahatan yang dilakukan mereka. Wallahu azizun hakim. Tuhan
yang mempunyai sifat Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.
Demikian Pak
Bill surat dari saya, semoga Pak Bill dapat mengambil pelajaran dari hidup ini.
Karena meskipun Pak Bill di Amerika, tapi Pak Bill sama dengan saya hidup di
bumi yang diciptakan Allah. Salam hangat dari saya. Kalau Pak Bill bisa
berganti menjadi Islam, tentu merupakan kebahagiaan bagi saya. Karena kalau
kita kaji secara benar dan mendalam, hanya Islam lah yang benar, bukan Nasrani,
Yahudi atau agama lainnya.
Firman Allah
: “Bukanlah (Nabi) Ibrahim itu Yahudi atau Nasrani, tetapi ia adalah seorang
Muslim yang lurus (haniifam musliman),dan
tidaklah ia termasuk orang Musyrik.” (QS Ali Imran 67)
Dan bila Pak
Bill menjadi Muslim itu adalah karunia Allah semata, yang menciptakan kita
semua. Saya hanya ingin mengajak dengan tulus saja.
Akhirnya
saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Bill karena tulisan-tulisan Anda telah
mencerahkan saya dalam memahami politik di Indonesia dan di dunia
internasional. Wallahu alimun hakim.
Salam hangat
dari saya,
Nuim
Hidayat, Peneliti Insists dan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Depok
Surat untuk Ustadz Qureis Shihab
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum,
Saya telah membaca buku Ustadz, Membumikan Al Qur’an,
Lentera Hati, ‘Jilbab’, Tafsir al Misbah (hanya beberapa lembar dan lain-lain.
Malahan almarhum bapak saya, terkesan dengan tulisan-tulisan Ustadz, sehingga
saya pernah mengirimkan buku Lentera Hati kepadanya ketika ia masih hidup.
Tulisan-tulisan Ustadz Qureis terus terang sangat menyentuh
kepada saya. Bahkan saya akui, saya juga sering mendengarkan ceramah Ustadz di televisi
Metro beberapa tahun lalu. Terus terang saya katakana Ustadz sangat menguasai
bahasa Arab dan tafsir al Qur’an. Tak heran sehingga karya tafsir ustadz
mendapat hadiah sebagai pemenang pertama di Islamic Book Fair.
Tapi saya terkejut dengan pendapat Ustadz tentang jilbab.
Ustadz menyatakan jilbab tidak wajib.
Masalah jilbab ini memang bukan masalah sederhana. Masalah
ini menyangkut kejiwaan perempuan yang cenderung ingin memamerkan kelebihan
tubuhnya. Makanya kita lihat di samping memperlihatkan rambut –hawa nafsu
perempuan kalau dituruti, maka akan memperlihatkan pusar, paha dan seterusnya
hingga telanjang.
Di sisi lain nafsu yang ada pada laki-laki senang pada apa
yang terdapat dalam tubuh perempuan. Hawa nafsu laki-laki suka melihat rambut,
buah dada, paha dan ‘kemaluan’ perempuan.
Mengapa Al Qur’an mewajibkan jilbab? Ini adalah untuk
laki-laki dan perempuan sendiri. Karena sifat syariat Islam adalah
mengendalikan hawa nafsu. Lihatlah ketika di malam hari, hawa nafsu cenderung
senang tidur, maka Allah menganjurkan agar shalat malam. Di saat manusia senang
makan tiap hari, Allah menganjurkan agar kita berpuasa sebulan penuh bulan
Ramadhan. Di saat manusia enak melihat perempuan (bahkan telanjang) disuruh
menundukkan kepala dan seterusnya.
Untuk apa ini semua? Hikmahnya adalah untuk kebaikan manusia
sendiri. Orang yang terbiasa mengekang hawa nafsunya, maka akan selamatlah ia
dari kerusakan yang diakibatkan hawa nafsu. Misalnya laki-laki dan perempuan
yang tidak pacaran, selamat dari kekhawatiran hamilnya gadis di luar nikah dan
seterusnya.
Al Qur’an menyatakan:
“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari nafsu).
Karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada keburukan (as suu’).
Kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha
Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS Yusuf 53).
Kewajiban jilbab ini tertuang jelas dalam Al Quran:
“Katakanlah kepada wanita yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam,
atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q.S. An Nur: 31)
Yang menarik dalam surat an
Nuur ini diakhiri dengan kalimat: “dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung/bahagia (tuflihuun)”.
Allah menyuruh kita semua
bertaubat, karena rumitnya masalah ini.
Dimana
kita melihat bahwa banyak tokoh Islam di Indonesia di masa kemerdekaan, tidak
memakai jilbab penuh menutup kepala. Mereka hanya memakai kerudung saja (tutup
kepala), tapi tetap kelihatan rambutnya. Jawabnya adalah bahwa di masa itu
mungkin belum populer ayat tentang jilbab ini. Sebagaimana dulu belum popular ayat-ayat
tentang cinta. Kini popular ayat-ayat cinta, sehingga beberapa masyarakat
membuat Gerakan Islam Cinta atau film Ayat-Ayat Cinta.
Syekh
Abdullah Azzam, guru para mujahidin, dalam bukunya Tarbiyah Jihadiyah bercerita bagaimana dulu ia
melihat di Al Azhar Kairo hanya beberapa orang gadis yang berjilbab. Ia
kemudian bersyukur di masa hidupnya kemudian melihat mayoritas mahasiswa Al
Azhar berjilbab.
Dalam
ayat lain, Allah SWT menyatakan:
“Hai Nabi, katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, agar mereka tidak diganggu dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Di
akhir ayat ini Al Qur’an menyatakan: Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Ini menunjukkan bahwa banyak wanita yang enggan memakai jilbab.
Kalau ia memakai, maka Allah Maha Pengampun dan Penyayang.
Dan
sebelum kalimat akhir itu ada kalimat “agar mereka tidak diganggu.” Maknanya
agar wanita-wanita Muslim selamat dari gangguan para pria nakal. Para pria ini
memang suka mengganggu perempuan-perempuan yang telanjang atau setengah
telanjang. Perempuan-perempuan seperti dijadikan barang dagangan oleh para pria
ini. Baik untuk ‘fashion show’, gambar di majalah, film-film porno atau industri
pelacuran. Di sini wanita dianggap sebagai barang, bukan makhluk hidup
(manusia). Digunakan untuk pemuas hawa nafsu belaka, tanpa dihargai jiwanya
sebagai manusia.
Di
kalimat sebelumnya “supaya mereka lebih mudah untuk dikenali”, mungkin
hikmahnya agar bisa dikenali mana perempuan yang baik=baik dan perempuan yang
nakal. Perempuan yang nakal memamerkan buah dada dan pahanya, sedang perempuan
yang baik-baik menutupinya. Tentu tidak semua wanita jilbab, shalih semua
perbuatannya. Sebagaimana orang yang shalat kadang-kadang juga melakukan dosa.
Tentu
dalam pengamalannya, tidak ujug-ujug wanita disuruh berjilbab. Dalam sejarah
penerapan hokum Islam, Rasulullah saw melakukannya secara bertahap. Rasulullah
melakukan pembinaan aqidah dahulu (sebagaimana terjadi di Mekkah sampai 13
tahun). Penerapan hukum Islam ‘secara penuh’ adalah setelah di Madinah.
Bagi
pribadi-pribadi wanita Muslim juga tidak tiba-tiba disuruh berjilbab. Mereka
tentu berat, karena kebiasaan sebelumnya tidak berjilbab. Tapi mereka
dijelaskan terlebih dahulu tentang aqidah, keimanan Al Qur’an dan seterusnya,
sehingga nanti dengan kesadaran sendiri mereka memakai jilbab.
Dan
bagi laki-laki yang normal tentu lebih senang istrinya berjilbab, daripada
membuka auratnya di luar rumah. Wallahu alimun hakim.
Demikian
surat saya kepada Ustadz Qureis, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat diambil
hikmahnya. Jazaakallahu khairan katsiiran.
Wassalamualaikum,
Nuim
Hidayat (Peneliti Insists dan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Depok)
Saat Jalaluddin Rachmat Berbicara Islam
Kang Jalal begitu panggilan, meski ia dicap seorang Syiah,
tapi sebenarnya ia Susi (Sunni-Syii). Kepada wartawan yang menemuinya saat
pembentukan Ijabi (Ikatan Jamaah Ahlul Bait di Indonesia), ia terus terang
bermazhab Susi, bukan Syiah atau Sunni. Saat pembentukan Ijabi di Kuningan
(Gedung Nyi Ageng Serang) itu, ia dan anak buahnya juga memutar video, pasnya
film
menarik yaitu Children of Heaven.
Film itu menarik karena menceritakan sebuah keluarga
‘miskin’ di Iran. Di mana seorang kakak mengikuti lomba lari untuk mendapat
hadiah sepatu untuk sang adik.
Jalal memang senang kontroversi. Tulisan-tulisannya renyah
dan enak dibaca. Penulis menikmati tulisannya sejak mahasiswa. Ketika kuliah di
IPB, sebelum Kuliah Kerja Nyata, penulis sempatkan pergi ke Internusa (mall
besar satu-satunya di Bogor saat itu), untuk membeli karangan terbarunya Islam
Aktual. Sebelum menulis Islam Aktual, Jalal menulis buku Islam Alternatif.
Dosen Komunikasi Uiversitas Pajajaran ini juga dikenal sebagai
ahli komunikasi. Bicaranya menarik seperti tulisannya. Ceramahnya menyentuh dan
banyak ide-ide baru keluar dari ucapannya. Meski kadang kontroversial, tapi ia
jujur dan ada rujukan yang ia kutip. Tidak banyak intelektual Islam seperti
itu. Bukunya Psikologi Komunikasi best seller dan menjadi pedoman bagi banyak
universitas di Indonesia.
Salah satu yang menarik adalah ketika ia membahas Ulil
Albab.Ulil Albab, menurut Al Qur’an adalah kelompok manusia tertentu yang
diberi keistimewaan Allah SWT. Diantara keistimewaannya adalah mereka diberi
hikmah, kebijaksanaan dan pengetahuan. Firman Allah SWT:
“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan barangsiapa yang diberik hikmah, sungguh telah diberi kebijakan yang
banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali Ulil Albab.” (QS
al Baqarah 269)
“Mereka adalah orang yang bisa mengambil pelajaran dari
sejarah umat manusia.” (QS Yusuf 111)
Dipelajarinya sejarah berbagai bangsa, kemudian
disimpulkannya satu pelajaran yang bermanfaat, yang dapat dijadikan petunjuk
dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan ini.
“Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari
Allah dan mereka itulah Ulil Albab.” (QS Ali Imran 7)
Menurut Jalal, kaum intelektual bukanlah sarjana yang hanya
menunjukkan kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh
gelar sarjana. Mereka juga bukan sekedar ilmuwan yang mendalami dan
mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian. Mereka adalah kelompok
orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap
aspirasi mereka , merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang,
menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah.
Di dalam masyarakat Islam, seorang intelektual bukan saja
seorang yang memahami sejarah bangsanya, dan sanggup melahirkan gagasan-gagasan
yang cemerlang, melainkan juga menguasai sejarah Islam. Intelektuaal seperti
ini dalam Al Qur’an disebut dengan orang-orang yang bijak (men of understanding
atau men of wisdom).
Beberapa tanda Ulil Albab diuraikan kang Jalal sebagai
berikut:
Pertama, sungguh-sungguh mencari ilmu. Al Qur’an menyatakan:
“Dan orang yang ilmunya mendalam berkata:”Kami beriman
kepadanya (Al Qur’an). Semuanya dari sisi Tuhan kami”. Tidak ada yang dapat
mengambil pelajaran kecuali Ulil Albab.” (QS Ali Imran 7).
Termasuk dalam sungguh-sungguh mencari ilmu adalah
kesenangannya mentafakkuri ciptaan Allah di langit dan bumi. Firman Allah:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergiliran malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi Ulil Albab.” (QS Ali
Imran 190).
Abdus Salam, seorang Muslim pemenang hadiah Nobel, berkat
teori unifikasi gaya yang disusunnya, berkata: “Al Qur’an mengajarkan kepada
kita dua hal: tafakur dan tasyakur. Tafakur adalam merenungkan ciptaan Allah di
langit dan bumi, kemudian menangkap hokum-hukum yang ada di alam semesta.
Tafakur inilah yang sekarang disebut dengan science.
Tasyakur adalah memanfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan menggunakan
akal fikiran, sehingga kenikmatan itu makin bertambah.”
Kedua, mampu memisahkan yang jelek dengan yang baik.
Walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan
itu dipertahankan banyak orang. Allah berfirman: “Katakanlah tidak sama
kejelekan dengan kebaikan, meskipun kejelekan itu banyak yang mengagumi. Maka
bertakwalah kepada Allah hai Ulil Albab agar kamu beruntung (tuflihuun).” (QS Al Maidah 100).
Ketiga, kritis dalam mendengarkan pembicaraan. Pandai
menimbang-nimbang dalam ucapan, teori, proposisi atau dalil yang dikemukakan
orang lain. Firman Allah SWT:
“Yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti yang terbaik.
Mereka itulah orang-orang yang mendapat Allah petunjuk dan mereka itulah Ulil
Albab.” (QS az Zumar 18)
Keempat, bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain
untuk memperbaiki masyarakatnya. Bersedia memberikan peringatan kepada
masyarakat, diperingatkan masyarakat kalau terjadi penyimpangan dan diprotesnya
kalau terdapat ketidakadilan. Dia tidak berpangku tangan saja di dalam
laboratorium atau terbenam dalam perpustakaan saja. Tapi dia tampil di
masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidakberesan di tengah
masyarakat.
“Dan (Al Qur’an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi
manusia. Agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar
orang yang bijak mengambil pelajaran.” (QS Ibrahim 52)
“Adakah
orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu
benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang bijak saja yang
dapat mengambil pelajaran. (yaitu) Orang-orang yang memenuhi janji Allah dan
tidak merusak perjanjian, orang-orang
yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan
mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang
yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi
atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan. Orang-orang
itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (QS ar Ra’ad 19-22)
Kelima, Tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah.
Berkali-kali Al Qur’an menyebutkan bahwa Ulil Albab hanya takut kepada Allah:
“Dan apa
yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang bijak.” (QS al Baqarah 197)
“Berbekallah
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku
(Allah) hai Ulil Albab.” (QS al Baqarah 197)
“Allah
menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai
orang-orang yang bijak. (yaitu) Orang-orang yang beriman. Sungguh Allah telah
menurunkan peringatan kepadamu.” (QS ath Talaq 10)
Keenam,
(tidak disebutkan Kang Jalal) adalah orang yang meyakini hukum Allah itu
sempurna.
“Dan dalam
qishash itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang bijak, agar
kamu bertaqwa.” (QS al Baqarah 179)
Menenai ayat
ini Imam ash Shabuni menjelaskan bahwa qishash di ayat ini menggunakan al.
Sedangkan hayat (kehidupan) tidak menggunakan al. Bermakna bahwa kalau hokum
qishash diterapkan, maka aka nada kehidupan (orang takut membunuh, karena orang
yang membunuh akan diqishash. Dibalas ia dengan hukum bunuh. Tidak seperti saat
ini, dimana terjadi banyak pembunuhan, karena KUHP tidak memuat tentang hukum
qishash ini (hukum Islam).
Beda Ulil
Albab dengan intelektual adalah seorang ulil albab suka bangun tengah malam dan mengisi malamnya untuk
beribadah kepada Allah.
(Apakah orang
musyrik yang beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam
dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan
orang-orang yang tidak berilmu?" Sesungguhnya ini adalah pelajaran bagi
Ulil Albab.” (QS az Zumar 9).
Jadi ulil
albab adalah intelektual plus. Intelektual plus ketakwaan atau intelektual plus
keshalehan.*nh
Senin, 28 September 2015
Surat untuk Mas Gun
Mas Gun, Guruku Jurnalistik
Assalamualaikum,
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang,
Ingatkah mas Gun sekitar tahun 1999 saya ikut training
jurnalistik atas beasiswa Tempo. Saat itu mas Gun menjelaskan tentang Media
Dakwah yang menuduh PRD-PKI bla-bala. Kebetulana saya saat itu menjadi wartawan
Media Dakwah.
Media Dakwah bukanlah majalah politik biasa. Ia adalah
majalah dakwah sebenarnya. Majalah yang ingin mengajak manusia kembali ke jalan Allah. Ke jalan para Nabi bukan jalan Iblis (kini saya dengan teman-teman di sharia.co.id dan
kebetulan saya juga dengan temen-temen tergabung dalam peneliti Insists).
Saya tahu mas Gun umurnya sudah tua. Saya juga sudah 46
tahun, cukup tua juga. Tapi saya tidak tahu yang mati duluan saya atau mas Gun.
Saya mengikuti Catatan Pinggir mas Gun sejak saya menjadi
mahasiswa IPB. Saya kagum dengan tulisan-tulisan mas Gun. Tapi ada yang jadi
pertanyaan saya, kenapa mas Gun berubah menjadi pembela komunis? Padahal dulu
pernah jadi anti komunis.
Saya melihat mungkin karena pergaulan. Mas Gun bergaul
dengan intelektual-intelektual internasional. Dan berbagai macam orang dari
berbagai kalangan.
Saya menyadari, saya sendiri wartawan, suka kepada hal-hal
yang baru. Suka keindahan, suka bergaul dengan banyak orang dan lain-lain.
Sehingga selalu timbul pertanyaan tiap kali ada hal baru, tiap kali ada
pengetahuan baru.
Begitulah otak kita bekerja. Tapi kita seringkali lupa siapa
yang menciptakan otak kita yang canggih itu? Kita sendiri? Kebetulan, gak
mungkin kan. Karena itu saya seringkali mengingatkan anak saya sejak kecil, Za
(anak saya bernama Izza), ingat otak kita yang menciptakan Allah. Ibu Bapak
tidak menciptakan otakmu.
Lalu komputer otak kita mungkin akan bertanya, lalu siapa
yang mencipta Allah? Hal itu pernah ditanyakan kepada Rasulullah. Rasulullah
menjawab ‘pertanyaan itu dari Iblis’. Yakni Otak kita gak bisa menjawab. Karena
program otak kita hanya melihat yang terlihat, tidak bisa melihat yang tidak
terlihat (ghaib).
Begitu juga ketika timbul pertanyaan, mungkinkah kita akan
hidup lagi? Jawabnya kemungkinan besar. Kalau Al Qur’an mengatakan pasti. Suatu
saat Rasulullah saw pernah ditanya kafir Quraisy yang datang ke Rasulullah
membawa tulang belulang. Mungkinkah tulang belulang ini akan hidup kembali?
Rasulullah saw terdiam. Kemudian turunlah wahyu : “Dan tidaklah manusia
memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi
musuh yang nyata. Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal
kejadiannya. Dia berkata,”Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang,
yang telah hancur luluh?” Katakanlah (Muhammad),”Yang akan menghidupkannya
ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan
Dia Maha Mengetahui tentang
segala makhluk.” (QS 77-79).
Kemukjizatan Al Quran yang lain –mas Gun bisa baca sendiri,
banyak buku—adalah tentang kejadian manusia yang dengan rinci diceritakan dalam
Al Qur’an. Padahal waktu zaman Nabi Muhammad itu belum ada ilmu bedah atau ilmu
anatomi manusia.
“Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati
dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kukuh (Rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat,
lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging, Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Mahasuci Allah Pencipta yang paling baik. Kemudian
setelah itu, sungguh kamu pasti mati. Kemudian sungguh kamu akan dibangkitkan
(dari kuburmu) pada hari kiamat.” (QS al Mu’minuun 12-16).
Melihat ayat-ayat Al Qur’an yang hebat ini, Prof Maurice
Bucaille ahli anatomi dari Perancis masuk Islam. Prof Jeffry Lang ahli
matematika dari Amerika masuk Islam dan seterusnya. Bacalah buku Maurice
Bucaille atau Prof Jeffry Lang. Tentang bagaimana Al Qu’an dibukukan, bacalah
buku Prof Mustafa Azami, ketika membandingkan Al Qur’an dan Bibel.
Dan Allah Maha Pengampun, asal kita kembali kepada Islam,
bersungguh-sungguh tobat kepada Allah, seberapapun dosa besar kita, kata
Rasulullah diampuni. Meskipun sepenuh langit dan bumi.
Yang menarik Jeffry Lang ketika membahas tentang penciptaan
manusia di bumi, yang tujuannya dalam Al Qur’an untuk perdamaian. QS Al Baqarah
30-37. (Maka dunia bisa damai, kalau semua persenjataan perang dihilangkan. Dan
ini bukan tidak mungkin).
Dan menarik juga kalau kita baca buku Hamka tentang Tasawuf
Modern. Yang mengingatkan kepada kita, apa yang kita cari di dunia ini
sebenarnya. Dan salah satu kehebatan Al Qur’an adalah dia bisa dihafal otak
manusia dengan mudah. Meski anak yang berumur 7 tahun, 8 tahun dan seterusnya.
Tidak ada kitab yang sehebat Al Qur’an di dunia ini. Adakah buku setebal Al Qur’an
yang bisa dihafal kata per kata di dunia ini? Tidak ada.
Demikian surat ringkas dari saya, semoga bermanfaat dan mas
Gun dapat berfikir dan kembali ke jalan Islam. Allah Maha Mengetahui dan Allah
Maha Bijaksana (Wallahu alimun hakim).
Wassalamualaikum, Nuim Hidayat.
Rabu, 18 Februari 2015
PM Israel Serukan Yahudi Eropa Pindah ke Israel
Setelah
beberapa orang Yahudi terbunuh di Perancis dan Denmark, PM Israel Benjamin
Netanyahu serukan warga Israel di Eropa pindah ke Israel.
"Ini
gelombang serangan teror dapat diperkirakan akan terus berlanjut, termasuk
serangan antisemitisme dan pembunuhan. Kami katakan kepada orang-orang Yahudi,
untuk saudara-saudara kita, Israel adalah rumah Anda dan bahwa setiap orang
Yahudi. Israel sedang menunggu Anda dengan tangan terbuka,"kata Netanyahu.
Sabtu, 07 Februari 2015
Syiah dan Sunni
Ada banyak teman-teman protes saya mengatakan Syiah tidak
kafir, tapi dosa besar (sesat dalam bahasa Indonesia). Karena itu saya menulis
argumen ini, biar jelas:
1. 1. Prof Hasbi Shiddiqi dalam bukunya tentang Hukum
Islam, membahas tentang perbandingan Ushul Fiqh yang diambil dari Ulama Syiah
dan Sunnah. Kalau Syiah kafir, tentu ia tidak akan membahasnya. Hasbi Ash
Shiddiqi bukan ulama sembarangan.
2. 2. Pertemuan-pertemuan internasional yang terjadi
beberapa kali antara Ulama Syiah dan Ulama Sunni, untuk persatuan dunia Islam,
menunjukkan Syiah tidak kafir. Kalau kafir tidak mungkin diadakan pertemuan
itu. Hukum tentang kafir dan Muslim tidak tergantung pada perubahan politik
dunia. Hukum Islam tentang sesuatu hal itu sifatnya tetap tidak berubah karena
kondisi. Pernyataan Syekh Yusuf
Qaradhawi tentang pengkhianatan Syiah, tidak menjadikan Syiah menjadi kafir.
Karena Yusuf Qaradhawi menyatakan kira-kira bahwa kalau Amerika menyerang Iran,
ia akan berada di depan.
Langganan:
Postingan (Atom)