Selasa, 11 Desember 2012

Bias Media AS dalam Menggambarkan Citra Islam

Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa media utama AS didominasi oleh kelompok anti Islam yang membuat gambaran publik tentang Islam menjadi bias sejak tragedi WTC 11 September 2001.
 
“Organisasi pinggiran anti Muslim mendominasi media massa dengan menampilkan ketakutan dan kemarahan,”kata Christopher Bail, asisten profesor sosiologi di University of North Carolina, kepada majalah Wired. Bail telah melakukan penelitian pengaruh kelompok pinggiran ini pada liputan media AS terhadap Muslim.
Kelompok-kelompok pinggiran ini mendapat tempat di New York Times, USA Today, Washington Times, CBS News, CNN dan Fox News Channel.

Asisten profesor ini mensurvei lebih dari "1.084 siaran pers tentang Muslim yang diproduksi oleh 120 organisasi masyarakat sipil untuk 50.407 artikel surat kabar dan transkrip televisi" selama tujuh tahun penting setelah  peristiwa 11 September, antara tahun 2001 dan 2008.

"Sebagian besar organisasi bersaing untuk membentuk wacana publik tentang Islam setelah serangan 11 September
dan pesannya pro-Muslim," katanya. "Namun studi saya menunjukkan bahwa wartawan begitu terpikat oleh sekelompok kecil organisasi pinggiran dan mereka datang untuk dianggap sebagai arus utama."

Dokumen Bail ini, diterbitkan dalam American Sociological Review, yang merupakan bagian dari studi yang lebih luas tentang pengaruh kelompok pinggiran pada media.

Sejak serangan 11 September di Amerika Serikat, diperkirakan antara 6-8 juta Muslim AS, telah mengeluhkan adanya diskriminasi dan stereotip karena pakaian dan identitas mereka.
Pada bulan Agustus 2011, sebuah laporan AS yang beredar menggambarkan sekelompok yayasan, think tank dan blogger sebagai pemain utama di balik kampanye 10 tahun untuk mempromosikan ketakutan terhadap Islam dan Muslim di AS. Laporan itu berjudul: ‘Fear, Inc.: The Roots of the Islamophobia Network in America’, dikeluarkan oleh CAP, sebuah think tank yang dekat dengan pemerintahan Presiden Barack Obama.

Laporan 130 halaman itu mengidentifikasi tujuh yayasan yang telah diam-diam memberikan total lebih dari 42 juta dolar AS, untuk individu-individu penting dan organisasi yang telah mempelopori upaya luas nasional anti-Muslim antara tahun 2001 dan 2009.

Studi ini juga menemukan bahwa kelompok-kelompok Muslim dominan di AS absen dari media mainstream. Media-media itu hanya fokus pada pandangan ekstremis.

"Kita mempelajari bahwa media Amerika hampir sepenuhnya mengabaikan kecaman publik terhadap ‘teroris’ yang bahkan disampaikan organisasi-organisasi Muslim terkemuka di Amerika Serikat," kata Bail.

Bail menyatakan bahwa bahwa beberapa organisasi berhasil dalam menyebarkan peringatan negatif tentang Islam, termasuk  Center for Security Policy and the Middle East Forum (Pusat Kebijakan Keamanan dan Forum Timur Tengah) melalui proyek-proyek seperti Islamist Watch and Stop the Islamization of America.

"Satu-satunya organisasi besar Muslim AS yang pengaruhnya ke media cukup tinggi adalah Council on American-Islamic Relations (CAIR), yang sekarang bekerja untuk menolak meningkatnya pesan-pesan anti-Muslim dalam lingkup publik Amerika,"kata Bail.

Asisten profesor ini mengatakan bahwa dampak media anti-Islam tampak jelas dalam pemerintahan, di mana beberapa Muslim terlibat dalam proses kebijakan. "Organisasi Muslim-Amerika belum cukup terwakili dalam proses kebijakan kita (AS)," katanya. "Sebagai contoh, hanya satu organisasi besar Muslim-Amerika diundang untuk berpartisipasi dalam Senat dan Kongres baru-baru ini."

Meskipun gambarannya mengerikan, Bail percaya bahwa toleransi akan menang pada akhirnya. "Saya tidak berpikir itu sudah terlambat," kata Bail."Toleransi agama sangat tertanam dalam karakter nasional kita. Muslim telah menjadi kekuatan positif dalam sejarah Amerika Serikat sejak abad ke-19.


Kelompok pinggiran ini berbagai macam. Diantaranya seperti yang dilakukan Pamela Geller yang membentuk kelompok anti Islam, The American Freedom Defense Initiative (AFDI). September lalu misalnya ia meluncurkan iklan di stasiun kereta AS:  “In any war between the civilized man and the savage, support the civilized man. Support Israel, Defeat jihad.”  (Dalam berbagai peperangan antara manusia beradab dan manusia biadab, dukunglah manusia beradab. Dukung Israel, Kalahkan Jihad). Selain Geller, ada juga Robert Spencer. Keduanya selain membentuk AFDI dan menulis buku-buku yang memojokkan Islam, juga membentuk gerakan ‘Stop Islamization of America’.  (baca : http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=449:perang-iklan-muslim-vs-kaum-islamofobia-di-as&catid=27:mengenal-ahmadiyah&Itemid=28)

The Council on American-Islamic Relations (CAIR), adalah kelompok Islam yang aktif melakukan peperangan di media dengan kelompok-kelompok kecil anti Islam ini. CAIR misalnya menandingi kelompok ini dengan meluncurkan iklan: “Jadilah pemaaf, Bicaralah untuk keadilan dan Hindari kebodohan " (Show forgiveness, speak for justice and avoid the ignorant, QS Al A’raf 199). Nihad Awad, Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR), menyatakan : “Mereka perlu diantisipasi melalui upaya kolektif warga Amerika untuk menolak fobia Islam dan sikap membenci.”* (nh/sumber: onislam.net dan lain-lain). 

Tidak ada komentar: