Oleh: Nuim Hidayat
(Direktur Institut Jurnalistik At Taqwa)
Syekh Maududi kemudian melanjutkan bahwa Nabi-Nabi
dianugerahi Allah dengan watak atau keahlian yang khas. “Pandangannya (Nabi)
menembus kepada perkara yang pelik-pelik yang tidak dapat dicapai oleh
pandangan orang-orang lain dan tidak dapat difahami mereka, meskipun mereka
menumpahkan segenap tenaga mereka bertahun-tahun. Akal yang sehat dapat
menerima semua apa yang dikatakannya dan semua hati menjadi saksi atas kebenaran
apa yang diterangkannya. “
Ulama besar Pakistan ini melanjutkan: “Nabi itu adalah suci
fitrahnya dan bersih perangainya. Ia tidak menempuh dalam tiap-tiap urusannya
kecuali jalan kebenaran, kesucian dan keutamaan. Ia tidak mendatangkan dalam
perkataan-perkataan dabn perbuatan-perbuatannya sesuatu yang tidak sesuai
dengan kebenaran. Ia member petunjuk kepada jalan yang benar dan mendahului
orang lain dalam melaksanakan apa yang diperintahkannya kepada orang
banyak.Sukar untuk mendapatkan satu contoh di dalam kehidupannya yang
menunjukkan bahwa perbuatannya bertentangan dengan perkataannya. Ia tahan
menderita kemudharatan demi untuk kemaslahatan orang lain, dan tidak
memudharatkan mereka untuk kemaslahatan dirinya. Hidupnya seluruhnya merupakan
kebenaran, kemuliaan, kejujuran, ketulusan niat, cita-cita yang luhur dan
perikemanusiaan yang tinggi yang tidak ada cacatnya. Semua ini memberikan
kesaksian yang berbicara, bahwa Nabi Allah yang benar ini diutus kepada manusia
untuk member petunjuk kepada mereka.”
Maududi kemudian menjelaskan tentang asal manusia dari Adam.
Adam diangkat oleh Allah saat itu menjadi Nabi membimbing manusia yang belum
banyak jumlahnya. Mereka diseur Nabi Adam untuk menyembah Allah yang satu.
Keturunan Nabi Adam ini terus berkembang dan anak cucunya akhirnya ada yang
menuruti nafsu atau syetan dalam melakukan penyembahan. Sehingga mereka
akhirnya ada yang menyembah pohon, patung, matahari dan lain-lain.
Masing-masing umat itu akhirnya mempunyai faham sendiri-sendiri. Allah SWT
kemudian mengirimkan Nabi/Rasul yang berganti-ganti kepada mereka. Diantara
mereka ada yang taat ada yang maksiyat.
Sepeninggal Nabi, mereka seringkali mengadakan penyembahan
yang berbeda dengan yang diserukan Nabi. Ada yang menyembah patung yang
diserupakan Nabi, menyembah Nabi sebagai anak Allah dan seterusnya. Manusia
kemudian membutuhkan agama yang lengkap yang bisa menjadi panduan bagi seluruh
umat manusia di dunia. “Agama Budha bukanlah suatu agama yang lengkap. Ia hanya
mengandung prinsip-prinsip akhlak. Tetapi meskipun demikian, ia telah tersebar
di negeri-negeri Cina, Jepang dan Mongolia di satu pihak, di Afghanistan dan
Bukhara di pihak yang lain. Kemudian dating agama Masehi beberapa abad
kemudian. Tidak diragukan bahwa Al Masih
(Messiah) telah membawa ajaran Islam yang murni. Tetapi orang-orang yang
datang sesudahnya telah mencampur agama ini dengan apa yang dikehendaki mereka
dari mereka sendiri, hingga ia menjadi suatu agama yang kurang, yang dinamai
mereka agama Masehi. Meskipun demikian agama Masehi itu telah tersiar di
Persia, Afrika dan Eropa, satu hal yang menunjukkan bahwa dunia pada masa itu
sedang haus kepada suatu agama sedunia yang lengkap,”jelas ulama besar ini
dalam bukunya Mabaadi’ul Islam
(Prinsip-Prinsip Islam).
Akhirnya Allah menurunkan Nabi Muhammad kepada bangsa Arab.
Arab yang letaknya diantara benua Asia dan Afrika dan dekat dengan Eropa.
Penduduknya juga mempunyai sifat-sifat yang ‘bagus’. “Adalah orang-orang Arab
itu gagah-gagah dan berani-berani, tidak mengenal takut dan gentar, terbuka
tangannya, menepati janji, merdeka berfikir dan menentukan pendapat, cinta
kepada kemerdekaan dan kebebasan dan mengutamakan keduanya dari segala sesuatu
yang lain. Semangat berani mati untuk membela kehormatan mengalir dalam urat
nadi mereka. Mereka hidup dengan cara yang sederhana, tidak mengenal kemewahan
dan kenikmatan. Tidak diragukan bahwa pada mereka terdapat banyak keburukan dan
perbuatan mungkar. Tetapi pada hakikatnya sebab dari timbulnya
keburukan-keburukan ini , tidak lain karena tidak adanya seorang Rasul dari
Allah kepada mereka …”
Maududi melanjutkan: “Kemudian perhatikanlah bahasa Arab!
Jika and abaca bahasa ini dan anda pelajari kesusastraannya, niscaya ternyata
bagi anda dan tidak ada keraguan sedikitpun, bahwa tidak mungkin ada sesuatu
bahasa di dunia yang lebih pantas dari bahasa ini untuk melahirkan
pemikiran-pemikiran yang luhur dan menjelaskan makna-makna ilmu ketuhanan yang
halus dan member pengaruh kepada segala hati. Dengan kalimat-kalimat yang
pendek dari bahasa ini, anda dapat menjelaskan berbagai masalah yang penting.
Ini adalah mempunyai pengaruh yang kuat pada hati manusia. Makna-makna Al
Quranul Karim sangat beerhajat kepada bahasa seperti ini. Jika demikian karena
kebijaksanaan Allah Yang Maha Sempurna dan rahmatNya yang meliputi sekalian
hambanya, dipilihnyalah tanah Arab untuk kenabian sedunia.”
Rasulullah saw turun di tengah-tengah bangsa Arab yang saat
itu pembunuhan, perampokan, minuman keras, perjudian marak di sana. Kehidupan telanjang laki-laki dan perempuan
adalah hal biasa. Mereka pun tunduk dan menyembah kepada patung atau batu-batu
yang mereka kira sebagai Tuhan atau jalan menuju Tuhan. Saat itu disana tidak
ada budaya tulis menulis. Perpustakaan sama sekali tidak ada di sana.
Rasulullah turun di tengah-tengah bangsa yang tidak ada
budaya tulis baca. Rasulullah pun tidak bisa tulis dan baca (ummi). “Tetapi
adatnya, akhlaknya, tingkahlakunya dan pemikiran-pemikirannya adalah berbeda
sama sekali dengan adat, akhlak, tingkah laku dan pemikiran-pemikiran kaumnya.
Ia tidak pernah berdusta dalam perkataannya dan tidak pernah mengganggu
seseroang dengan lidah dan tangannya. Adalah ia seorang yang lemah lembut
perangainya, pandai membawa diri dalam pergaulannya dan manis tutur sapanya.
Tiap-tiap orang yang satu kali pernah duduk bersama dia, pasti menyintainya dan
terikat kasih tersangkut sayang kepadanya. Ia tidak pernah mengambil sesuatu
dari seseorang meskipun barang itu remeh dengan jalan yang tidak baik.Ia
memiliki bagian yang besar dari kejujuran, kebenaran dalam berkata-kata dan
kesucian, yang menyebabkan banyak diantara putera-putera kaumnya yang
mengamanatkan harta benda mereka yang berharga kepadanya. Ia memeliharanya
sebagaimana ia memelihara dirinya dan hartanya. Orang banyak bersandar
kepadanya dan kepada keamanatannya, hingga ia digelari mereka dengan al amin…”
Selain itu Rasulullah adalah orang yang suci hatinya, cerdik
dan cerdas otaknya. Ia benci kepada penyembahan berhala dan patung, padahal ia
hidup turun temurun di kalangan mereka. Ia tidak pernah bertunduk kepada
makhluk. Ia menyaksikan masyarakatnya dalam kejahilan, sehingga ketika ia
berusia 40 tahun ia mulai keluar dari Mekkah untuk mensucikan dirinya,
mengasingkan dirinya dari kegelapan yang telah menyelubungi masyarakatnya.
Hingga akhirnya wahyu turun kepadanya di Gua Hira’.
Dan kemudian ia mengajak bangsanya untuk menyembah Tuhan
yang satu, yaitu Allah. Mengajak mereka melakukan amal shaleh, menghindari
pembunuhan sesama, menjauhi pelacuran-minuman keras-perjudian dan hal-hal yang
diharamkan Allah SWT. Perkataannya pun cerdas dan mengagumkan luar biasa.
Lafazh-lafazh Al Qur’an yang diucapkannya adalah puncak kefasihan bahasa.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar