“Biasakan banyak baca,
banyak berdiskusi, banyak bersilaturahmi dan banyak berjalan-jalan,”kata Nuim
Hidayat dalam training jurnalistik di Depok, Sabtu kemarin (8/2). Dalam
pelatihan sehari itu, Direktur Instititut Jurnalistik At Taqwa itu memberikan
motivasi dan tips-tips menulis.
Untuk membaca, mesti
ada manfaat yang kita ambil. “Kotak manfaat itu yang menentukan apakah kita
cepat bosan atau nggak dalam membaca,”terangnya. Karena itu banyaklah membaca
yang bermanfaat bagi kita. Dengan membaca seseorang mendapatkan secara tidak
sengaja perbendaharaan kosa kata, gaya kalimat dan gaya penulisan. “Riset
peneliti Dr Stephen membuktikan bahwa seseorang menjadi penulis karena banyak
membaca.”
Ketua Dewan Dakwah
Depok ini juga mengutip perkataan Sayidina Ali,”Ikatlah ilmu dengan
menuliskannya.” Dan pernyataan Imam Syafii bahwa bodoh orang yang memburu
kijang liar di hutan, mendapatkan tapi tidak mengikatnya. Begitulah ilmu bila
tidak ditulis. Seorang sahabat Said bin Jubair menyatakan bahwa ia menulis
hadits Rasulullah kadang di tangan dan kulit sepatunya. Bapaknya
menasehatkan,”Hafalkanlah. Tertutama tulislah. Bila engkau lupa, maka tulisanmu
akan membantumu.”
Penulis Harry Potter,
JK Rowling mengungkapkan bahwa ia menulis tiap hari kadang berjam-jam, kadang
sebentar saja. Penulis lain menyarankan bahwa menulis ibarat menabung, karena
data-data yang kita tulis itu akan kita butuhkan suatu hari nanti. Meski
demikian, bila menulis artikel pendek usahakan hari itu selesai. “Karena satu
pekerjaan selesai, lebih baik daripada seratus pekerjaan yang tidak
diselesaikan.”
Sementara itu,
Redaktur Pelaksana Gatra Herry Mohammad, memberikan banyak cerita tentang kisah
suka duka wartawan di lapangan. Ia menegaskan sebagai wartawan Muslim, yang
pertama harus dikuasai adalah Al Quran dan Hadits. Sehingga bila menulis, tidak
lari dari dua dasar itu.
Sifat wartawan,
menurutnya adalah skeptis. Yakni mempertanyakan kebenaran, peristiwa atau
pernyataan yang terjadi. Mesti harus senantiasa cek dan ricek terhadap sesuatu.
Tidak percaya begitu saja. Karena itu wartawan harus senantiasa bergelut dengan
data, pustaka, sumber berita dan hal-hal yang terkait padanya.
Sedangkan penulis
terkenal Adian Husaini, melakukan tes langsung penulisan kepada para peserta.
Masing-masing peserta diperintahkan Adian untuk menulis bebas yang sifatnya
ilmiah popular. Setelah mereka selesai, ia mengoreksi satu persatu tulisan
mereka. Baik mengenai judul, penggunaan kata-kalimat, efektifitas kata dan
lain-lain.
Ia juga memberikan
tips-tips dalam menuliskan opini. Diantaranya adalah membidik hal yang paling
lemah lawan. Seperti bila menulis tentang kelemahan kontes ratu-ratuan,
ternyata ditemukan kontes vagina, maka harus diungkapkan. Begitu juga mesti
diungkap tentang ukuran kecantikan yang njlimet tidak rasional, misalnya
tentang bentuk hidung, wajah, dada dan sebagainya.
Di akhir acara para
peserta merasa puas dengan ‘Top Training Jurnalistik ini’. Para trainer juga
berpesan agar peserta mesti rajin menulis tiap hari, untuk menjadi penulis yang
hebat. Dan jangan pernah malas untuk memulai menulis. Mood harus dilawan.
Training ini rencananya akan terus berlanjut tiap bulan. Dengan spesifikasi
berikutnya: jurnalistik buku, jurnalistik televisi, jurnalistik majalah dan
lain-lain* nh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar