“Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap
orang-orang yang Aku sendiri telah menciptakannya. Dan Aku berikan baginya
kekayaan yang melimpah. Dan anak-anak yang selalu bersamanya. Dan Aku berikan
kepadanya kelapangan (hidup) yang seluas-luasnya. Kemudian dia ingin sekali
agar Aku menambahnya. Tidak bisa. Sesungguhnya dia telah menentang ayat-ayat
Kami (Al Quran). Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.
Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan. Maka celakalah dia bagaimana
dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan. Lalu berwajah masam dan cemberut.
Kemudian berpaling dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata: “(Al Quran) ini
hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Inilah hanyalah
perkataan manusia.” Kelak Aku akan memasukkanya ke dalam (neraka) Saqar.” (QS
al Mudatsir 11-26).
وَجَعَلْتُ
لَهُ مَالًا مَمْدُودًا (12) وَبَنِينَ شُهُودًا (13) وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا
(14) ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ (15) كَلَّا إِنَّهُ كَانَ لِآَيَاتِنَا
عَنِيدًا (16) سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا (17)
إِنَّهُ
فَكَّرَ وَقَدَّرَ (18) فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (19) ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ
(20) ثُمَّ نَظَرَ (21) ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (22) ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ
(23) فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (24) إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ
الْبَشَرِ (25) سَأُصْلِيهِ سَقَرَ (26)
Jalaluddin as Suyuthi,
Imam Qurthubi, at Thabari, Ibnu Katsir dan lain-lain sepakat bahwa yang
dimaksud surat al Mudatsir 11-26 adalah Walid bin Mughirah. Siapakah dia? Ia
adalah penentang Rasulullah yang ulung selain Abu Lahab dan Abu Jahal. Ia
adalah tokoh Quraisy, ahli syair, orang bangsawan dan kaya raya. Sebelum
Rasulullah saw lahir ia mempunyai sifat-sifat terpuji. Diantaranya mengharamkan
khamr untuk diri dan keluarganya dan pernah memugar dan membangun Ka’bah.
Karena itu, ketika
wahyu turun kepada Rasulullah saw, ia mengatakan : “Mengapa Al Qur’an
diturunkan kepada Muhammad, sedang aku diabaikan, padahal aku merupakan tokoh
dan pemuka Quraisy?”
Nama lengkapnya adalah
al Walid ibnul Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Ia juga adalah
seorang hakim di masyarakat Arab jahiliyah, tokoh di Darun Nadwah dan dianggap
pemersatu bangsa Arab. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang meminjamkan uangnya
dengan riba.
Meski demikian anaknya
menjadi pahlawan Islam, pedang Allah, yaitu Khalid bin Walid. Anaknya yang lain
juga memeluk Islam yaitu al Walid bin Walid. Anaknya diceritakan dalam sejarah
jumlahnya 12 orang.
Abu Jahal pernah
datang ke rumah Walid karena ia mendengar bahwa Walid berkata kepada Abu Bakar
bahwa Al Quran bukan syair dan bukan ocehan dari orang gila. Ketika Abu Jahal memprotes
perkataannya itu, Walid mengatakan : “Apa yang harus aku katakana tentang Al
Qur’an? Demi Allah tiada seorangpun diantara kalian yang paling mengetahui soal
syair daripada aku dan syair jin selain daripadaku. Demi Allah apa yang
dikatakan Ibnu Abu Qahafah (Abu Bakar) tidak mirip dengan syair. Demi Allah apa
yang diucapkannya itu benar-benar indah, menghancurkan tuturan selainnya,
unggul dan tidak dapat diungguli.”
Abu Jahal menyatakan:
“Demi Allah, kaummu tidak akan puas sebelum kamu menjelaskannya pada mereka.”
“Beri aku memikirkannya”, akhirnya Walid berkata:”Tidaklah Al Qur’an ini melainkan sihir yang dipelajarinya dari orang lain.” (Tafsir ad Durul Mantsur dikutip Dr Abdurrahman Umairah dalam Rijalun Nisa’ Anzalallahu Fihim Qur’anan ‘Tokoh-Tokoh Yang Diabadikan Al Qur’an).
Walid juga pernah
berdialog dengan kawan-kawannya tentang apa yang pas untuk julukan kepada
Muhammad. Koleganya menjuluki Muhammad sebagai penyair, tukang sihir, dukun dan
ada yang menjulukinya dengan orang gila. Walid mengatakan: “Hai kaum Quraisy,
kalian adalah orang yang memiliki perhitungan dan memiliki impian. Kalian
mengatakan bahwa Muhammad itu gila. Apakah kalian pernah melihat dia gila?”
“Tidak pernah”
“Kalian mengatakan
bahwa dia itu dukun. Apakah kalian pernah melihat dia mempraktekkan
perdukunan?”
“Tidak pernah”
“Kalian juga
mengatakan bahwa dia pendusta, apakah kalian pernah pengalaman didustai olehnya
sedikit saja”
“Tidak pernah”
Lalu kaum Quraisy
bertanya kepadanya:”Kalau begitu siapakah dia?”
Walid menjawab:”Dia adalah
tukang sihir dan apa yang dikatakannya adalah sihir belaka.”
Maka Allah kemudian
menurunkan ayat berikut:
“Sesungguhnya dia
telah memikirkan dan menetapkan. Maka celakalah dia. Kemudian dia memikirkan,
sesudah itu dia bermuka masam dan merengut, kemudian dia berpaling (dari
kebenaran) dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata: “(Al Qur’an) ini tidak
lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini tidak lain
hanyalah perkataan manusia.” (QS al Mudatsir 18-25).
Merupakan sunnatullah
dakwah, bahwa orang-orang shalih mesti menghadapi orang-orang jahat. Imam
Jalaluddin as Suyuti menyatakan: “Ketahuilah bahwa tidak pernah ada orang besar
di suatu masa melainkan dia memiliki musuh dari kalangan orang hina. Sebab
orang-orang mulia senantiasa diuji dengan orang-orang rendah. Adam berhadapan
dengan Iblis, Nuh berhadapan dengan Ham dan selainnya. Dawud berhadapan dengan
Jalut dan kawan-kawannya. Musa berhadapan dengan Firaun. Demikian selanjutnya
hingga Nabi Muhammad saw. Beliau juga berhadapan dengan Walid bin Mughirah, Abu
Jahal, kelompok musyrikin dan pengabdi kekafiran. Mereka terus menghadapi
beliau hingga mereka berhasil mengusir beliau dari negeri sendiri.
Kadang-kadang mereka menuduh beliau dengan tukang sihir atau orang gila. Allah
Taala berfirman : “Dan seperti itulah, telah Kami adakan tiap-tiap Nabi, musuh
dari orang-orang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan
penolong.” (al Furqan 31).
Karena berbagai sifat
buruk Walid bin Mughirah, Al Quran menyatakan:
وَلَا
تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ (10) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (11) مَنَّاعٍ
لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (12) عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ (13) أَنْ كَانَ
ذَا مَالٍ وَبَنِينَ (14) إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آَيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ
الْأَوَّلِينَ (15)
“Dan janganlah kamu
ikuti orang-orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela yang
kian kemari menghambur fitnah. Yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui
batas lagi banyak dosa yang kaku lagi kasar.. Selain dari itu, yang terkenal
kejahatannya, karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak. Apabila dibacakan
kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata,”(Ini adalah) dongengan orang-orang dahulu
kala.” (al Qalam 10-15).
Sayid Qutb menyatakan:
“Walid adalah utull yang merupakan
kata yang mengungkapkan sejumlah sifat dan sejumlah predikat yang tidak dapat
diungkapkan oleh sekumpulan kata-kata dan sifat. Abu Darda’ berkata:”Al utull
berarti setiap orang yang perutnya rakus, akhlaknya kaku, tukang makan, tukang
minum, tukang mengumpulkan harta dan sangat kikir.” (HR Bukhari dan Muslim).
Walid adalah az zaniim yaitu orang-orang yang
bergabung dengan suatu kaum, sedang dia tidak memiliki ikatan keturunan dengan
mereka atau ikatan dengan mereka sebatas dugaan. Makna lain dari az zaniim adalah orang yang terkenal dan
popular di kalangan masyarakat karena ketercelaannya, keburukannya dan
kejahatannya yang banyak.”* Oleh: Nuim
Hidayat (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Depok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar